ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan DIA-LAH YANG LEBIH MENGETAHUI ORANG-ORANG YANG MENDAPAT PETUNJUK. (QS. An Nahl : 125)
Betapa Lembutnya Rasulullah.
Muslim telah meriwayatkan dari Anaz bin Malik, dia berkata, "Ketika kami di Masjid bersama Rasulullah, tiba-tiba ada seorang arab badui datang. Kemudian mulailah ia kencing dalam masjid. Para sahabat berkata : "Berhenti. Berhenti"! Rasulullah bersabda, "Jangan kalian hentikan dia, biarkan"!
Kemudian mereka membiarkan orang itu sampai selesai kencingnya. Setelah itu Rasulullah memanggilnya, beliau bersabda kepadanya, "Sesungguhnya masjid ini tidak pantas untuk kencing dan kotoran. Masjid-masjid ini hanyalah untuk berzikir kepada Allah, sholat dan membaca Al Qur'an. Atau sebagaimana yang dikatakan Rasulullah. Kemudian Anas bin Malik berkata, "Kemudian Rasulullah memerintahkan seseorang, lalu dia membawa seember air dan menuangkannya air itu di atas kencing orang itu. Betapa lembutnya Nabi yang mulia terhadap orang yang jahil.
Betapa Lembutnya Rasulullah.
Muslim telah meriwayatkan dari Anaz bin Malik, dia berkata, "Ketika kami di Masjid bersama Rasulullah, tiba-tiba ada seorang arab badui datang. Kemudian mulailah ia kencing dalam masjid. Para sahabat berkata : "Berhenti. Berhenti"! Rasulullah bersabda, "Jangan kalian hentikan dia, biarkan"!
Kemudian mereka membiarkan orang itu sampai selesai kencingnya. Setelah itu Rasulullah memanggilnya, beliau bersabda kepadanya, "Sesungguhnya masjid ini tidak pantas untuk kencing dan kotoran. Masjid-masjid ini hanyalah untuk berzikir kepada Allah, sholat dan membaca Al Qur'an. Atau sebagaimana yang dikatakan Rasulullah. Kemudian Anas bin Malik berkata, "Kemudian Rasulullah memerintahkan seseorang, lalu dia membawa seember air dan menuangkannya air itu di atas kencing orang itu. Betapa lembutnya Nabi yang mulia terhadap orang yang jahil.
BERSIKAP ADIL, LEMAH LEMBUT, BERI KABAR GEMBIRA DAN PERINGATAN
Hendaklah kita bersikap adil untuk menyikapi kesalahan mereka, berhukumlah kepada Allah dan bagaimana kemudian Rasulullah menyikapinya.
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Maidah : 8)
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.(QS. Ali Imron : 159)
Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". (QS.Thaha : 43-44)
Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (QS. Al Baqarah : 213)
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. (QS. Al Baqarah : 272)
Anaz bin Malik r.a. berkata: Rasulullah bersabda :
"Kalian jangan saling membenci, dan jangan hasud-menghasud, dan jangan belakang-membelakangi, jadilah kalian hamba Allah yang bagaikan saudara, dan tidak dihalalkan seorang muslim memboikot saudaranya lebih dari 3 hari". (HR. Bukhari dan Muslim)
"Tidak halal bagi seorang muslim mengucilkan saudaranya lebih dari tiga hari. Keduanya bertemu lalu saling berpaling, dan yang terbaik dari keduanya adalah yang lebih dulu mengucapkan salam." (HR Bukhary 6077, dan Muslim 2560 dari Abu Ayyub)
“Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlak-akhlaknya”. (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban). Mereka mendorong untuk menyambung hubungan dengan orang yang memutus hubungannya denganmu, memberi orang yang tidak mau memberimu, mema’afkan orang yang menzalimimu, memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orangtua, dan begitu juga mereka memerintahkan untuk menyambung silaturrahim, bertetangga dengan baik, melarang sifat angkuh, sombong, zalim dan merasa lebih tinggi dari makhluk dengan hak atau tidak dengan hak. Mereka memerintahkan kepada budi pekerti yang tinggi dan melarang dari akhlak yang tercela. Dan seluruh apa yang mereka katakan dan kerjakan dari ini dan yang lainnya, sesungguhnya mereka dalam hal itu mengikuti Al Kitab dan As Sunnah. Jalan mereka adalah Dinul Islam yang Allah mengutus Muhamad shollallahu ‘alaihi wa sallama dengannya”. (Al Akidah Al Wasithiyyah, hal. 129-131).
"Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, tidak boleh menzaliminya, menghinanya dan merendahkannya. Taqwa itu ada disini, taqwa itu ada disini, taqwa itu ada disini (dan beliau menunjuk dadanya tiga kali). Cukuplah seorang berbuat jelek dengan merendahkan saudaranya yang muslim. Setiap muslim haram darah, kehormatan, dan hartanya atas muslim yang lain." (HR. Muslim dan lainnya)
"Dan barangsiapa yang berperang dibawah bendera fanatisme (ashobiyah), menyeru orang lain untuk bersikap fanatik, atau marah karena fanatik terhadap kelompoknya, lalu ia terbunuh, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah." (HR. Muslim dari Abu Hurairah No. 1848)
Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yg suka bersumpah dan suka menghina, suka mencela, yang kian kemari menyebarkan fitnah. (QS. Al Qolam : 10-11)
BERSIKAP TEGAS DALAM HAL-HAL YANG SEMESTINYA HARUS TEGAS
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung. (QS. Al Mujadilah : 22)
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al Fath : 29)
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya. (QS. At Taubah : 73)
-------------------------- -------------------------- -------------------------- -------------------------
Tidak Gegabah Memvonis Salah, Sebelum Ada Bukti Yang Jelas
Hendaklah kita bersikap adil untuk menyikapi kesalahan mereka, berhukumlah kepada Allah dan bagaimana kemudian Rasulullah menyikapinya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Maidah : 8)
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.(QS. Ali Imron : 159)
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". (QS.Thaha : 43-44)
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (QS. Al Baqarah : 213)
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلأنْفُسِكُمْ وَمَا تُنْفِقُونَ إِلا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لا تُظْلَمُونَ
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. (QS. Al Baqarah : 272)
Anaz bin Malik r.a. berkata: Rasulullah bersabda :
"Kalian jangan saling membenci, dan jangan hasud-menghasud, dan jangan belakang-membelakangi, jadilah kalian hamba Allah yang bagaikan saudara, dan tidak dihalalkan seorang muslim memboikot saudaranya lebih dari 3 hari". (HR. Bukhari dan Muslim)
"Tidak halal bagi seorang muslim mengucilkan saudaranya lebih dari tiga hari. Keduanya bertemu lalu saling berpaling, dan yang terbaik dari keduanya adalah yang lebih dulu mengucapkan salam." (HR Bukhary 6077, dan Muslim 2560 dari Abu Ayyub)
“Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlak-akhlaknya”. (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban). Mereka mendorong untuk menyambung hubungan dengan orang yang memutus hubungannya denganmu, memberi orang yang tidak mau memberimu, mema’afkan orang yang menzalimimu, memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orangtua, dan begitu juga mereka memerintahkan untuk menyambung silaturrahim, bertetangga dengan baik, melarang sifat angkuh, sombong, zalim dan merasa lebih tinggi dari makhluk dengan hak atau tidak dengan hak. Mereka memerintahkan kepada budi pekerti yang tinggi dan melarang dari akhlak yang tercela. Dan seluruh apa yang mereka katakan dan kerjakan dari ini dan yang lainnya, sesungguhnya mereka dalam hal itu mengikuti Al Kitab dan As Sunnah. Jalan mereka adalah Dinul Islam yang Allah mengutus Muhamad shollallahu ‘alaihi wa sallama dengannya”. (Al Akidah Al Wasithiyyah, hal. 129-131).
"Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, tidak boleh menzaliminya, menghinanya dan merendahkannya. Taqwa itu ada disini, taqwa itu ada disini, taqwa itu ada disini (dan beliau menunjuk dadanya tiga kali). Cukuplah seorang berbuat jelek dengan merendahkan saudaranya yang muslim. Setiap muslim haram darah, kehormatan, dan hartanya atas muslim yang lain." (HR. Muslim dan lainnya)
"Dan barangsiapa yang berperang dibawah bendera fanatisme (ashobiyah), menyeru orang lain untuk bersikap fanatik, atau marah karena fanatik terhadap kelompoknya, lalu ia terbunuh, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah." (HR. Muslim dari Abu Hurairah No. 1848)
وَلا تُطِعْ كُلَّ حَلافٍ مَهِين هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ
Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yg suka bersumpah dan suka menghina, suka mencela, yang kian kemari menyebarkan fitnah. (QS. Al Qolam : 10-11)
BERSIKAP TEGAS DALAM HAL-HAL YANG SEMESTINYA HARUS TEGAS
لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung. (QS. Al Mujadilah : 22)
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al Fath : 29)
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya. (QS. At Taubah : 73)
--------------------------
Tidak Gegabah Memvonis Salah, Sebelum Ada Bukti Yang Jelas
Syaikh Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim al jauziyah adalah contoh dari dua orang ulama besar Islam yang mempunyai sikap pertengahan. Mereka tidak gegabah memvonis salah dan tidak gegabah memvonis benar. Dalam hal ini dapat dilihat dalam pandangan mereka terhadap tasawuf.
Ibnu Qayyim ketika berbicara tentang aliran sufi dan penyimpangan mereka. Beliau berkata: "Penyimpangan ini telah menimbulkan fitnah bagi dua kelompok manusia:
Salah satunya, penyimpangan ini telah menghalangi semua kebaikan orang-orang sufi; kelembutan hati dan kejujuran mereka dalam bergaul. Kelompok pertama ini membuang kebaikan mereka karena penyimpangan ini, mengingkarinya sama sekali dan berburuk sangka terhadap mereka. Ini adalah sikap memusuhi dan berlebihan. Seandainya setiap orang yang salah atau keliru ditinggaalkan sama sekali, kebaikan-kebaikannya tidak dianggap, rusaklah keilmuan dan karya suatu kaum.
Kelompok kedua, hati mereka telah tertutup oleh kebaikan suatu kaum, kejernihan hati mereka, baiknya keinginan mereka dan kebaikan mereka dalam bergaul; tertutup dari melihat aib, penyimpangan dan kekurangan mereka. Maka mereka diseret oleh kebaikan-kebaikan semu tersebut. Mereka hukumi kaum sufi sebagai orang yang diterima beritanya dan sebagai orang yang berhak mendapatkan pertolongan. Hasil akhirnya, mereka juga melampaui batas dan berlebih-lebihan."
Ketika menjelaskan kesalahan dua kelompok tersebut, beliau berkata, "kelompok pertama adalah kelompok yang menilai suatu kaum dengan pandangan permusuhan hingga mereka tidak menganggap kebaikan-kebaikan kaum tersebut.
Kelompok kedua adalah kelompok yang menilai suatu kaum dengan pandangan cinta buta hingga mereka tidak melihat kejelekan dan kesalahan kaum tersebut.
Berbeda dengan kelompok ketiga, yaitu ahli keadilan."Beliau lalu berkata, " Kelompok ketiga adalah ahli keadilan yang memberikan bagi tiap-tiap orang hak-haknya. Menempatkan tiap-tiap orang pada posisinya. Mereka tidak memberi hukuman pada orang yang sehat dengan hukuman orang yang sakit dan tidak berdaya, dan tidak memberi hukuman pada orang yang sakit dan tidak berdaya dengan hukuman orang yang sehat. Tapi mereka menerima apa yang harus diterima dan menolak apa yang harus ditolak.
Beliau menyebutkan hukum penyimpangan tersebut. Beliau berkata: "Inilah penyimpangan yang masih diharapkan ampunannya karena mereka banyak melakukan kebaikan. Kejujuran yang sempurna ; pergaulan yang baik, ketulusan yang kuat dan pemurnian tauhid mampu mengalahkan penyimpangan tersebut. Tidak ada jaminan ma'sum bagi manusia kecuali Rasulullah.
Ibnu Qayyim Al Jauziyah berkata :
"Tidak semua perkataan ditolak mentah-mentah karena kesalahan, tapi harus dibedakan terlebih dahulu antara kebenaran dan kebatilan. Seandainya setiap yang bersalah atau keliru ditinggalkan begitu saja dan semua kebaikannya tidak dihiraukan, niscaya rusaklah berbagai bidang keilmuan dan hasil karyanya (tidak ada seorang manusiapun [termasuk para ulama dll] yang terlepas dari kesalahan kecuali Rasulullah. red) . Terimalah kebenaran walaupun yang mengatakannya adalah orang yang dibenci. Dan tolaklah kebatilan walaupun yang mengatakannya adalah orang yang dicintai. (Madarij as Salikin, 3 :522).
Ingatlah !
"BERAPA BANYAK ORANG YANG BERISLAM BERKAT HIDAYAH DARI ALLAH LEWAT MEREKA, KEMUDIAN PADA PERJALANAN MENUNTUT ILMU SELANJUTNYA AKHIRNYA MEREKA MENEMUKAN ISLAM YANG SEBENARNYA SESUAI MANHAJ SALAFUS SHALEH."
dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan. (QS. Ad Dhuha : 4)
Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berbicara tentang sikap kaum muslimin terhadap tasawuf. Beliau mengatakan, "Kaum muslimin berbeda pandangan dalam melihat tasawuf. Sebagian kalangan mencela kaum sufi. Mereka mengatakan, "Mereka (kaum sufi) itu adalah ahli bid'ah dan telah keluar dari tuntunan As Sunnah. Sebagian yang lain sangat fanatik terhadap sufi, dan menganggapnya sebagai makhluk yang paling baik sesudah para nabi. (Ibnu Taimiyah dalam Majmu al fatawa 11/17-18).
Maka sikap yang harus diambil adalah sikap pertengahan, sebagaimana konsep Islam. Tidak semua yang dilakukan dalam tasawuf adalah benar, dan tidak semua yang dilakukan dalam tasawuf adalah salah.
Salah satunya, penyimpangan ini telah menghalangi semua kebaikan orang-orang sufi; kelembutan hati dan kejujuran mereka dalam bergaul. Kelompok pertama ini membuang kebaikan mereka karena penyimpangan ini, mengingkarinya sama sekali dan berburuk sangka terhadap mereka. Ini adalah sikap memusuhi dan berlebihan. Seandainya setiap orang yang salah atau keliru ditinggaalkan sama sekali, kebaikan-kebaikannya tidak dianggap, rusaklah keilmuan dan karya suatu kaum.
Kelompok kedua, hati mereka telah tertutup oleh kebaikan suatu kaum, kejernihan hati mereka, baiknya keinginan mereka dan kebaikan mereka dalam bergaul; tertutup dari melihat aib, penyimpangan dan kekurangan mereka. Maka mereka diseret oleh kebaikan-kebaikan semu tersebut. Mereka hukumi kaum sufi sebagai orang yang diterima beritanya dan sebagai orang yang berhak mendapatkan pertolongan. Hasil akhirnya, mereka juga melampaui batas dan berlebih-lebihan."
Ketika menjelaskan kesalahan dua kelompok tersebut, beliau berkata, "kelompok pertama adalah kelompok yang menilai suatu kaum dengan pandangan permusuhan hingga mereka tidak menganggap kebaikan-kebaikan kaum tersebut.
Kelompok kedua adalah kelompok yang menilai suatu kaum dengan pandangan cinta buta hingga mereka tidak melihat kejelekan dan kesalahan kaum tersebut.
Berbeda dengan kelompok ketiga, yaitu ahli keadilan."Beliau lalu berkata, " Kelompok ketiga adalah ahli keadilan yang memberikan bagi tiap-tiap orang hak-haknya. Menempatkan tiap-tiap orang pada posisinya. Mereka tidak memberi hukuman pada orang yang sehat dengan hukuman orang yang sakit dan tidak berdaya, dan tidak memberi hukuman pada orang yang sakit dan tidak berdaya dengan hukuman orang yang sehat. Tapi mereka menerima apa yang harus diterima dan menolak apa yang harus ditolak.
Beliau menyebutkan hukum penyimpangan tersebut. Beliau berkata: "Inilah penyimpangan yang masih diharapkan ampunannya karena mereka banyak melakukan kebaikan. Kejujuran yang sempurna ; pergaulan yang baik, ketulusan yang kuat dan pemurnian tauhid mampu mengalahkan penyimpangan tersebut. Tidak ada jaminan ma'sum bagi manusia kecuali Rasulullah.
Ibnu Qayyim Al Jauziyah berkata :
"Tidak semua perkataan ditolak mentah-mentah karena kesalahan, tapi harus dibedakan terlebih dahulu antara kebenaran dan kebatilan. Seandainya setiap yang bersalah atau keliru ditinggalkan begitu saja dan semua kebaikannya tidak dihiraukan, niscaya rusaklah berbagai bidang keilmuan dan hasil karyanya (tidak ada seorang manusiapun [termasuk para ulama dll] yang terlepas dari kesalahan kecuali Rasulullah. red) . Terimalah kebenaran walaupun yang mengatakannya adalah orang yang dibenci. Dan tolaklah kebatilan walaupun yang mengatakannya adalah orang yang dicintai. (Madarij as Salikin, 3 :522).
Ingatlah !
"BERAPA BANYAK ORANG YANG BERISLAM BERKAT HIDAYAH DARI ALLAH LEWAT MEREKA, KEMUDIAN PADA PERJALANAN MENUNTUT ILMU SELANJUTNYA AKHIRNYA MEREKA MENEMUKAN ISLAM YANG SEBENARNYA SESUAI MANHAJ SALAFUS SHALEH."
وَلَلآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الأولَى
dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan. (QS. Ad Dhuha : 4)
Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berbicara tentang sikap kaum muslimin terhadap tasawuf. Beliau mengatakan, "Kaum muslimin berbeda pandangan dalam melihat tasawuf. Sebagian kalangan mencela kaum sufi. Mereka mengatakan, "Mereka (kaum sufi) itu adalah ahli bid'ah dan telah keluar dari tuntunan As Sunnah. Sebagian yang lain sangat fanatik terhadap sufi, dan menganggapnya sebagai makhluk yang paling baik sesudah para nabi. (Ibnu Taimiyah dalam Majmu al fatawa 11/17-18).
Maka sikap yang harus diambil adalah sikap pertengahan, sebagaimana konsep Islam. Tidak semua yang dilakukan dalam tasawuf adalah benar, dan tidak semua yang dilakukan dalam tasawuf adalah salah.
Syaihk Islam Ibnu Taimiyah berkata :"Para ulama dari kalangan sahabat, tabi'in, dan ulama setelah mereka, jika berselisih tentang suatu masalah, mereka akan mengikuti perintah Allah yang tertera dalam firmannya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(Qs.An Nisa : 59). Mereka sering berselisih dalam masalah ilmiyyah dan amaliah dengan tetap menjaga kasih sayang, kesucian, dan persaudaraan dalam islam. (Majmu' al Fatawa, 24 : 172)
-------------------------- -------------------------- -------------------------- -------------------------
Dalam hal ini saya mengajak untuk berpikir yang adil dan jernih. Cobalah kita lihat bagaimana sikap dua orang tokoh sufi ini; Syaikh Abdul Qadir Jailani, beliau menolak keras bid'ah dan syirik. Begitu juga Syaikh Ahmad Sirhindi, seorang mujaddid Tariqat Naqsabandiyyah, beliau sangat menolak keras syirik dan bid'ah. Beliaupun mengatakan tidak ada bid'ah hasanah, yang ada adalah semua bid'ah dhalalah. Semua perilaku tasawuf yang menyimpang dari tuntunan syariat adalah bid'ah yang sesat. Apakah Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah menyesatkan prilaku kehidupan tasawuf ? Sekali-kali tidak, bahkan sebaliknya beliau memberi penghargaan dan apresiasi serta memberi porsi positif namun tetap kritis.
Perhatikan hadits Rasulullah ini, sebagai ibrah. Siapakah yang berani menjamin seseorang yang pada akhir hidupnya termasuk khusnul khatimah atau su'ul Khatimah? Bukankah hidayah Allah hanya diberikan-Nya kepada orang yang dikehendaki-Nya?
Dari Abu Said, iaitu Sa'ad bin Sinan al-Khudri r.a. bahawasanya Nabiullah s.a.w. bersabda:
"Ada seorang lelaki dari golongan ummat yang sebelummu telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, kemudian ia menanyakan tentang orang yang teralim dari penduduk bumi, ialu ia ditunjukkan pada seorang pendeta. la pun mendatanginya dan selanjutnya berkata bahawa sesungguhnya ia telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, apakah masih diterima untuk bertaubat. Pendeta itu menjawab: "Tidak dapat." Kemudian pendeta itu dibunuhnya sekali dan dengan demikian ia telah menyempurnakan jumlah seratus dengan ditambah seorang lagi itu. Lalu ia bertanya lagi tentang orang yang teralim dari penduduk bumi, kemudian ditunjukkan pada seorang yang alim, selanjutnya ia mengatakan bahawa sesungguhnya ia telah membunuh seratus manusia, apakah masih diterima taubatnya. Orang alim itu menjawab: "Ya, masih dapat. Siapa yang dapat menghalang-halangi antara dirinya dengan taubat itu. Pergilah engkau ke tanah begini-begini, sebab di situ ada beberapa kelompok manusia yang sama menyembah Allah Ta'ala, maka menyembahlah engkau kepada Allah itu bersama-sama dengan mereka dan janganlah engkau kembali ke tanahmu sendiri, sebab tanahmu adalah negeri yang buruk." Orang itu terus pergi sehingga di waktu ia telah sampai separuh perjalanan, tiba-tiba ia didatangi oleh kematian.
Kemudian bertengkarlah untuk mempersoalkan diri orang tadi malaikat kerahmatan dan malaikat siksaan - yakni yang bertugas memberikan kerahmatan dan bertugas memberikan siksa, malaikat kerahmatan berkata: "Orang ini telah datang untuk bertaubat sambil menghadapkan hatinya kepada Allah Ta'ala." Malaikat siksaan berkata: "Bahawasanya orang ini sama sekali belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun."
Selanjutnya ada seorang malaikat yang mendatangi mereka dalam bentuk seorang manusia, lalu ia dijadikan sebagai pemisah antara malaikat-malaikat yang berselisih tadi, yakni dijadikan hakim pemutusnya - untuk menetapkan mana yang benar. Ia berkata: "Ukurlah olehmu semua antara dua tempat di bumi itu, ke mana ia lebih dekat letaknya, maka orang ini adalah untuknya - maksudnya jikalau lebih dekat ke arah bumi yang dituju untuk melaksanakan taubatnya, maka ia adalah milik malaikat kerahmatan dan jikalau lebih dekat dengan bumi asalnya maka ia adalah milik malaikat siksaan." Malaikat-malaikat itu mengukur, kemudian didapatinya bahawa orang tersebut adalah lebih dekat kepada bumi yang dikehendaki -yakni yang dituju untuk melaksanakan taubatnya. Oleh sebab itu maka ia dijemputlah oleh malaikat kerahmatan." (Muttafaq 'alaih)
Dalam sebuah riwayat yang shahih disebutkan demikian: "Orang tersebut lebih dekat sejauh sejengkal saja pada pedesaan yang baik itu - yakni yang hendak didatangi, maka dijadikanlah ia termasuk golongan penduduknya."
Dalam riwayat lain yang shahih pula disebutkan: Allah Ta'ala lalu mewahyukan kepada tanah yang ini - tempat asalnya - supaya engkau menjauh dan kepada tanah yang ini - tempat yang hendak dituju - supaya engkau mendekat - maksudnya supaya tanah asalnya itu memanjang sehingga kalau diukur akan menjadi jauh, sedang tanah yang dituju itu menyusut sehingga kalau diukur menjadi dekat jaraknya. Kemudian firmanNya: "Ukurlah antara keduanya." Malaikat-malaikat itu mendapatkannya bahawa kepada yang ini -yang dituju - adalah lebih dekat sejauh sejengkal saja jaraknva. Maka orang itupun diampunilah dosa-dosanya."
Dalam riwayat lain lagi disebutkan: "Orang tersebut bergerak - amat susah payah kerana hendak mati - dengan dadanya ke arah tempat yang dituju itu."
Janganlah kita terlampau puas dengan amal shalih yang sudah kita lakukan dan bersandar padanya. Apalagi diikuti dengan merasa bangga diri dan merasa sudah pasti menjadi ahli surga. Akibatnya, tidak lagi berharap kepada rahmat Allah dan kemurahan-Nya.
Sesungguhnya perbuatan hamba ditentukan pada akhir hayatnya. Dan kita tidak tahu di atas kondisi apa mengakhiri kehidupan kita, apakah husnul khatimah (akhir hayat yang baik) atau su'ul khatimah (akhir hayat yang buruk).
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya segala perbuatan ditentukan bagian akhirnya.” (HR. Bukhari).
Artinya, barangsiapa yang telah ditetapkan oleh Allah beriman di akhir hayatnya, meskipun sebelumnya dia kufur dan selalu melakukan maksiat, menjelang kematiannya ia akan beriman. Ia meninggal dalam keadaan beriman dan dimasukkan ke dalam surga. Demikan juga dengan orang yang sudah ditentukan kafir atau fasik di akhir hayatnya, meskipun sebelumnya ia beriman, maka menjelang kematiannya ia akan melakukan kekufuran. Ia meninggal dalam keadaan kufur dan akan dimasukkan ke dalam neraka.
Dari Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya ada salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli surga sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya hanya tinggal satu hasta, tapi (catatan) takdir mendahuluinya lalu dia beramal dengan amalan ahli neraka, lantas ia memasukinya. Dan sesungguhnya ada salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli neraka sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal satu hasta, tapi (catatan) takdir mendahuluinya, lalu ia beramal dengan amalan ahli surga, lantas ia memasukinya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Sahl bin Sa'ad al Sa'idi, "Sesunggunya ada seorang dari kalian benar-benar melakukan amalan ahli surga, dalam apa yang nampak kepada manusia. . . ." (HR. Bukhari dan Muslim)
-------------------------- -------------------------- -------------------------- -------------------------
Rasulullah telah memperingatkan dengan keras bahayanya orang yang gegabah dalam memvonis;
"Siapa yang berkata kepada saudaranya,"Hai kafir, maka kembalilah kekufuran itu kepada salah seorang daripada keduanya. Kalau memang saudaranya itu sebagaimana ia katakan, maka benarlah ia, tetapi kalau tidak benar, niscaya kekufuran itu kembali kepada si pendakwa." (HR. Muslim)
Ingatlah. hanya Allah yang memberikan hidayah, kewajiban kita hanyalah menyampaikan kebenaran dengan cara-cara yang baik.
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al Qashash : 56)
Seorang masuk surga bukan karena amalnya tetapi karena rahmat Allah Ta'ala. Karena itu bertindaklah yang lurus (baik dan benar). (HR. Muslim)
Wallahu 'alam.
Anwar Baru Belajar yang selalu mengharapkan ampunan Allah.
Silahkan baca juga di link ini, Insya Allah sangat berfaedah :
--------------------------
Dalam hal ini saya mengajak untuk berpikir yang adil dan jernih. Cobalah kita lihat bagaimana sikap dua orang tokoh sufi ini; Syaikh Abdul Qadir Jailani, beliau menolak keras bid'ah dan syirik. Begitu juga Syaikh Ahmad Sirhindi, seorang mujaddid Tariqat Naqsabandiyyah, beliau sangat menolak keras syirik dan bid'ah. Beliaupun mengatakan tidak ada bid'ah hasanah, yang ada adalah semua bid'ah dhalalah. Semua perilaku tasawuf yang menyimpang dari tuntunan syariat adalah bid'ah yang sesat. Apakah Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah menyesatkan prilaku kehidupan tasawuf ? Sekali-kali tidak, bahkan sebaliknya beliau memberi penghargaan dan apresiasi serta memberi porsi positif namun tetap kritis.
Perhatikan hadits Rasulullah ini, sebagai ibrah. Siapakah yang berani menjamin seseorang yang pada akhir hidupnya termasuk khusnul khatimah atau su'ul Khatimah? Bukankah hidayah Allah hanya diberikan-Nya kepada orang yang dikehendaki-Nya?
وعن أبي سعيد سعد بن مالك بن سنان الخدري رضي الله عنه أن نبي الله صلى الله عليه وسلم قال: " كان فيمن كان قبلكم رجل قتل تسعة وتسعين نفساً، فسأل عن أعلم أهل الأرض، فدل على راهب، فأتاه فقال: إنه قتل تسعه وتسعين نفساً، فهل له من توبة؟ فقال: لا، فقتله فكمل به مائةً، ثم سأل عن أعلم أهل الأرض، فدل على رجل عالم فقال: إنه قتل مائة نفس فهل له من توبة؟ فقال: نعم، ومن يحول بينه وبين التوبة؟ انطلق إلى أرض كذا وكذا، فإن بها أناساً يعبدون الله تعالى فاعبد الله معهم، ولا ترجع إلى أرضك فإنها أرض سوءٍ، فانطلق حتى إذا نصف الطريق أتاه الموت، فاختصمت فيه ملائكة الرحمة وملائكة العذاب. فقالت ملائكة الرحمة: جاء تائبا مقبلا بقلبه إلى الله تعالى، وقالت ملائكة العذاب: إنه لم يعمل خيرا قط، فأتاهم ملك في صورة آدمي فجعلوه بينهم- أي حكماً- فقال: قيسوا ما بين الأرضين فإلى أيتهما كان أدنى فهو له، فقاسوا فوجدوه أدنى إلى الأرض التي أراد، فقبضته ملائكة الرحمة" ((متفق عليه)).
وفي رواية في الصحيح: فكان إلى القرية الصالحة بشبر، فجعل من أهلها وفي رواية في الصحيح: فأوحى الله تعالى إلى هذه أن تباعدي، وإلى هذه أن تقربي، وقال: قيسوا ما بينهما، فوجدوه إلى هذه أقرب بشبرٍ فغفر له وفي رواية: فنأى بصدره نحوها
وفي رواية في الصحيح: فكان إلى القرية الصالحة بشبر، فجعل من أهلها وفي رواية في الصحيح: فأوحى الله تعالى إلى هذه أن تباعدي، وإلى هذه أن تقربي، وقال: قيسوا ما بينهما، فوجدوه إلى هذه أقرب بشبرٍ فغفر له وفي رواية: فنأى بصدره نحوها
Dari Abu Said, iaitu Sa'ad bin Sinan al-Khudri r.a. bahawasanya Nabiullah s.a.w. bersabda:
"Ada seorang lelaki dari golongan ummat yang sebelummu telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, kemudian ia menanyakan tentang orang yang teralim dari penduduk bumi, ialu ia ditunjukkan pada seorang pendeta. la pun mendatanginya dan selanjutnya berkata bahawa sesungguhnya ia telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, apakah masih diterima untuk bertaubat. Pendeta itu menjawab: "Tidak dapat." Kemudian pendeta itu dibunuhnya sekali dan dengan demikian ia telah menyempurnakan jumlah seratus dengan ditambah seorang lagi itu. Lalu ia bertanya lagi tentang orang yang teralim dari penduduk bumi, kemudian ditunjukkan pada seorang yang alim, selanjutnya ia mengatakan bahawa sesungguhnya ia telah membunuh seratus manusia, apakah masih diterima taubatnya. Orang alim itu menjawab: "Ya, masih dapat. Siapa yang dapat menghalang-halangi antara dirinya dengan taubat itu. Pergilah engkau ke tanah begini-begini, sebab di situ ada beberapa kelompok manusia yang sama menyembah Allah Ta'ala, maka menyembahlah engkau kepada Allah itu bersama-sama dengan mereka dan janganlah engkau kembali ke tanahmu sendiri, sebab tanahmu adalah negeri yang buruk." Orang itu terus pergi sehingga di waktu ia telah sampai separuh perjalanan, tiba-tiba ia didatangi oleh kematian.
Kemudian bertengkarlah untuk mempersoalkan diri orang tadi malaikat kerahmatan dan malaikat siksaan - yakni yang bertugas memberikan kerahmatan dan bertugas memberikan siksa, malaikat kerahmatan berkata: "Orang ini telah datang untuk bertaubat sambil menghadapkan hatinya kepada Allah Ta'ala." Malaikat siksaan berkata: "Bahawasanya orang ini sama sekali belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun."
Selanjutnya ada seorang malaikat yang mendatangi mereka dalam bentuk seorang manusia, lalu ia dijadikan sebagai pemisah antara malaikat-malaikat yang berselisih tadi, yakni dijadikan hakim pemutusnya - untuk menetapkan mana yang benar. Ia berkata: "Ukurlah olehmu semua antara dua tempat di bumi itu, ke mana ia lebih dekat letaknya, maka orang ini adalah untuknya - maksudnya jikalau lebih dekat ke arah bumi yang dituju untuk melaksanakan taubatnya, maka ia adalah milik malaikat kerahmatan dan jikalau lebih dekat dengan bumi asalnya maka ia adalah milik malaikat siksaan." Malaikat-malaikat itu mengukur, kemudian didapatinya bahawa orang tersebut adalah lebih dekat kepada bumi yang dikehendaki -yakni yang dituju untuk melaksanakan taubatnya. Oleh sebab itu maka ia dijemputlah oleh malaikat kerahmatan." (Muttafaq 'alaih)
Dalam sebuah riwayat yang shahih disebutkan demikian: "Orang tersebut lebih dekat sejauh sejengkal saja pada pedesaan yang baik itu - yakni yang hendak didatangi, maka dijadikanlah ia termasuk golongan penduduknya."
Dalam riwayat lain yang shahih pula disebutkan: Allah Ta'ala lalu mewahyukan kepada tanah yang ini - tempat asalnya - supaya engkau menjauh dan kepada tanah yang ini - tempat yang hendak dituju - supaya engkau mendekat - maksudnya supaya tanah asalnya itu memanjang sehingga kalau diukur akan menjadi jauh, sedang tanah yang dituju itu menyusut sehingga kalau diukur menjadi dekat jaraknya. Kemudian firmanNya: "Ukurlah antara keduanya." Malaikat-malaikat itu mendapatkannya bahawa kepada yang ini -yang dituju - adalah lebih dekat sejauh sejengkal saja jaraknva. Maka orang itupun diampunilah dosa-dosanya."
Dalam riwayat lain lagi disebutkan: "Orang tersebut bergerak - amat susah payah kerana hendak mati - dengan dadanya ke arah tempat yang dituju itu."
Janganlah kita terlampau puas dengan amal shalih yang sudah kita lakukan dan bersandar padanya. Apalagi diikuti dengan merasa bangga diri dan merasa sudah pasti menjadi ahli surga. Akibatnya, tidak lagi berharap kepada rahmat Allah dan kemurahan-Nya.
Sesungguhnya perbuatan hamba ditentukan pada akhir hayatnya. Dan kita tidak tahu di atas kondisi apa mengakhiri kehidupan kita, apakah husnul khatimah (akhir hayat yang baik) atau su'ul khatimah (akhir hayat yang buruk).
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya segala perbuatan ditentukan bagian akhirnya.” (HR. Bukhari).
Artinya, barangsiapa yang telah ditetapkan oleh Allah beriman di akhir hayatnya, meskipun sebelumnya dia kufur dan selalu melakukan maksiat, menjelang kematiannya ia akan beriman. Ia meninggal dalam keadaan beriman dan dimasukkan ke dalam surga. Demikan juga dengan orang yang sudah ditentukan kafir atau fasik di akhir hayatnya, meskipun sebelumnya ia beriman, maka menjelang kematiannya ia akan melakukan kekufuran. Ia meninggal dalam keadaan kufur dan akan dimasukkan ke dalam neraka.
Dari Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
فَإِنَّ الرَّجُلَ مِنْكُمْ لَيَعْمَلُ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجَنَّةِ إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ كِتَابُهُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ وَيَعْمَلُ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّارِ إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ
"Sesungguhnya ada salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli surga sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya hanya tinggal satu hasta, tapi (catatan) takdir mendahuluinya lalu dia beramal dengan amalan ahli neraka, lantas ia memasukinya. Dan sesungguhnya ada salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli neraka sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal satu hasta, tapi (catatan) takdir mendahuluinya, lalu ia beramal dengan amalan ahli surga, lantas ia memasukinya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Sahl bin Sa'ad al Sa'idi, "Sesunggunya ada seorang dari kalian benar-benar melakukan amalan ahli surga, dalam apa yang nampak kepada manusia. . . ." (HR. Bukhari dan Muslim)
--------------------------
Rasulullah telah memperingatkan dengan keras bahayanya orang yang gegabah dalam memvonis;
"Siapa yang berkata kepada saudaranya,"Hai kafir, maka kembalilah kekufuran itu kepada salah seorang daripada keduanya. Kalau memang saudaranya itu sebagaimana ia katakan, maka benarlah ia, tetapi kalau tidak benar, niscaya kekufuran itu kembali kepada si pendakwa." (HR. Muslim)
Ingatlah. hanya Allah yang memberikan hidayah, kewajiban kita hanyalah menyampaikan kebenaran dengan cara-cara yang baik.
إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al Qashash : 56)
Seorang masuk surga bukan karena amalnya tetapi karena rahmat Allah Ta'ala. Karena itu bertindaklah yang lurus (baik dan benar). (HR. Muslim)
Wallahu 'alam.
Anwar Baru Belajar yang selalu mengharapkan ampunan Allah.
Silahkan baca juga di link ini, Insya Allah sangat berfaedah :
http://rumaysho.com/belaja
http://www.facebook.com/no
http://www.facebook.com/no
http://www.facebook.com/no