Rabu, 02 Maret 2011

Hukum Memperingati Maulid Nabi Menurut A. Hassan [PERSIS]

Soal :

Bagaimana hukumnya membaca maulid Nabi ?



Jawab :

Membaca riwayat Nabi yang terkenal di sebelah sini ialah membaca riwayat, babad atau tarikh Nabi yang tertulis dengan bahasa arab, dibaca dengan berlagu-lagu dengan tidak menggerti isinya.

Di waktu sampai tentang riwayat Nabi dilahirkan, lantas berdiri beramai-ramai membaca syair puji-pujian atas Nabi, bacaan mana yang di sebelah sini disebut "Marhaban".

Membaca riwayat dan babad Nabi itu memang bagus dan baik, karena dengan itu dapat mengetahui hal ihwal, susah dan payahnya Nabi mengembangkan agama. Buat mengetahui riwayat-riwayat tersebut itu perlu mengerti bahasa Arab atau riwayat itu diterjemahkan ke dalam bahasa kita.

Adapun yang berlaku sekarang tidak begitu, hanya orang berkumpul beramai-ramai, lantas dibaca kitab mauled atau kitab Barzanji yang tertulis dengan bahasa Arab itu bergilir-gilir dengan lagu-lagu yang pekik, teriak sekuat hati, dan terkadang disertakan dengan rebana (gendang), sesudah itu terus makan-makan.

Yang mengherankan kita bukan kebodohan mereka itu, karena orang Kristen bangsa Belanda yang tidak tahu bahasa Inggris mengaku dosanya di hadapan padri Inggris yang tidak tahu bahasa Belanda itu adalah lebih bodoh lagi.

Cuma yang kita merasa aneh, ialah mereka membaca maulid dengan tidak mengerti isinya itu mereka anggap sunnah, dapat pahala.

Berdiri di waktu disebut riwayat Nabi lahir itu juga mereka anggap sunnat, karena waktu itu datang "ruh" Nabi.

Jadi mereka berdiri itu ialah karena menhormati ruh Nabi yang mereka katakan hadir itu.

Sekarang perlu kita jadikan pertanyaan;

1. Apakah membaca maulid secara yang terkenal itu sunnah atau tidak ?
2. Apakah ruh Nabi kita hadir atau tidak ?
3. Kalau ruh itu hadir apakah diperintah kita hormati ruh itu dengan berdiri atau tidak ?

Jawaban :

1. Membaca maulid bukanlah perkara sunnah. Membaca satu kitab bahasa Arab dengan tidak tahu artinya itu dijelekkan oleh akal dan dilarang oleh agama, karena kedatangan agama kita ialah untuk menjadikan kita pandai, bukan untuk menjadikan kita lebih bodoh.

2. Membaca maulid seperti tersebut di atas, dengan I'tiqad seperti itu dan dapat pahala, itu satu bid'ah, karena mengi'tiqadkan sesuatu denga tidak ada keterangan dari agama itu ialah I'tiqad bid'ah, dan perbuatan itu perbuatan bid'ah.

3. Berdiri waktu dibaca riwayat kelahiran Nabi, dengan alasan menghormati Nabi itu bid'ah lagi, karena tidak ada keterangan yang ruh Nabi hadir waktu itu, dan kalau dikatakan hadir juga, maka cara menghormati Nabi itu bukan dengan berdiri, lantaran Nabi sendiri melarang orang-orang berdiri menghormatinya. Nabi bersabda; Janganlah kamu berdiri menghormati aku sebagaimana orang-orang Ajam, sebagian dari mereka berdiri menghormati sebagian yang lain. (HR. Abu Dawud).

Allahu a'lam, semoga bermanfa'at.

______________________

Ditulis ulang oleh Anwar Baru Belajar dengan sedikit diringkas.

Sumber : Buku "SOAL- JAWAB" Tentang Berbagai Masalah Agama, oleh A. Hassan, Penerbit CV. Penerbit Diponegoro Bandung, halaman. 371-374.