Suka nonton Sponge Bob Squarepants? Jika iya, maka pasti deh kamu ingat betul salah satu seri filmnya dimana Sponge Bob berteriak, "April Moooop!" sehabis ngerjain teman-temannya seperti Patrick, Squidworld dan lainnya. Bukan hanya Sponge Bob saja yang tertawa gembira setelah teriak April Mop, tapi semua orang di seluruh pojok dunia juga demikian.
Hari April Fools (nama lain dari April MOP) diduga mulai diperingati pada abad ke 16 di Perancis,.
Menurut keterangan pada website USIS dulu awal tahun baru itu jatuh pada tgl 1 April. Cara merayakannya mirip dengan sekarang, dengan pesta, dansa- dansi hingga pagi. Kemudian th 1562, Paus Gregory memperkenalkan kalender baru yang tahunnya diawali bulan Januari. Tetapi ada beberapa kalangan yang belum dengar atau tidak percaya adanya perubahan ini. Jadi mereka terus memperingati tahun baru pada tanggal 1 April. Orang2 inilah yang disebut April Fools atau secara harafiah berarti orang2 yang tertipu di bulan April.
Teori lain yang dimuat The Washington Post mengatakan tradisi ini dimulai pada jaman Romawi kuno, saat orang merayakan festival Ceres awal April . Ceres adalah dewi panen yang putrinya diculik Pluto, dewa dunia gaib. Ceres diceritakan mengikuti gema suara teriakan anaknya, hal yang mustahil, sebab gema sangat sulit dicari sumber asalnya. Sehingga Ceres dikatakan melaksanakan “a fools errand” atau tugas orang bodoh.
(sumber :museumofhoaxes.com).
Sejak dibebaskan Islam pada abad ke-8 M oleh Panglima Thariq bin Ziyad, Spanyol berangsur-angsur tumbuh menjadi satu negeri yang makmur. Pasukan Islam tidak saja berhenti di Spanyol, namun terus melakukan pembebasan di negeri-negeri sekitar menuju Perancis. Perancis Selatan dengan mudah bisa dibebaskan. Kota Carcassone, Nimes, Bordeaux, Lyon, Poitou, Tours, dan sebagainya jatuh. Walau sangat kuat, pasukan Islam masih memberikan toleransi kepada suku Goth dan Navaro di daerah sebelah Barat yang berupa pegunungan.
Islam telah menerangi Spanyol. Karena sikap para penguasa Islam begitu baik dan rendah hati, maka banyak orang-orang Spanyol yang kemudian dengan tulus dan ikhlas memeluk Islam. Muslim Spanyol bukan hanya beragama Islam, namun mereka sungguh-sungguh mempraktekkan kehidupan secara Islami. Mereka tidak hanya membaca Al-Qur’an tapi juga bertingkah laku berdasarkan Al-Qur’an. Mereka selalu berkata tidak untuk musik, bir, pergaulan bebas, dan segala hal yang dilarang Islam. Keadaan tenteram seperti itu berlangsung hampir enam abad lamanya.
Selama itu pula kaum kafir yang masih ada di sekeliling Spanyol tanpa kenal lelah terus berupaya membersihkan Islam dari Spanyol, namun mereka selalu gagal. Telah beberapa kali dicoba tapi selalu tidak berhasil. Dikirimlah sejumlah mata-mata untuk mempelajari kelemahan umat Islam di Spanyol. Akhirnya mata-mata itu menemukan cara untuk menaklukkan Islam di Spanyol, yakni pertama-tama harus melemahkan iman mereka dulu dengan jalan serangan pemikiran dan budaya.
Maka mulailah secara diam-diam mereka mengirim alkohol dan rokok secara gratis ke dalam wilayah Spanyol. Musik diperdengarkan untuk membujuk kaum mudanya agar lebih suka bernyanyi dan menari ketimbang baca Qur’an. Mereka juga mengirim sejumlah ulama palsu yang kerjanya meniup-niupkan perpecahan di dalam tubuh umat Islam Spanyol. Lama-kelamaan upaya ini membuahkan hasil.
Akhirnya Spanyol jatuh dan bisa dikuasai pasukan Salib. Penyerangan oleh pasukan Salib benar-benar dilakukan dengan kejam tanpa mengenal peri kemanusiaan. Tidak hanya pasukan Islam yang dibantai, juga penduduk sipil, wanita, anak-anak kecil, orang-orang tua, semuanya dihabisi dengan sadis.
Satu persatu daerah di Spanyol jatuh, Granada adalah daerah terakhir yang ditaklukkan. Penduduk-penduduk Islam di Spanyol (juga disebut orang Moor) terpaksa berlindung di dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Tentara-tentara Kristen terus mengejar mereka.
Ketika jalan-jalan sudah sepi, tinggal menyisakan ribuan mayat yang bergelimpangan bermandikan genangan darah, tentara Salib mengetahui bahwa banyak Muslim Granada yang masih bersembunyi di rumah-rumah. Dengan lantang tentara Salib itu meneriakkan pengumuman, bahwa para Muslim Granada bisa keluar dari rumah dengan aman dan diperbolehkan berlayar keluar dari Spanyol dengan membawa barang-barang keperluan mereka. “Kapal-kapal yang akan membawa kalian keluar dari Spanyol sudah kami persiapkan di pelabuhan. Kami menjamin keselamatan kalian jika ingin keluar dari Spanyol, setelah ini maka kami tidak lagi memberikan jaminan!” demikian bujuk tentara Salib.
Orang-orang Islam masih curiga dengan tawaran ini. Beberapa dari orang Islam diperbolehkan melihat sendiri kapal-kapal penumpang yang sudah dipersiapkan di pelabuhan. Setelah benar-benar melihat ada kapal yang sudah dipersiapkan, maka mereka segera bersiap untuk meninggalkan Granada bersama-sama menuju ke kapal-kapal tersebut. Mereka pun bersiap untuk berlayar.
Keesokan harinya, ribuan penduduk Muslim Granada yang keluar dari rumah-rumahnya dengan membawa seluruh barang-barang keperluannya beriringan jalan menuju pelabuhan. Beberapa orang Islam yang tidak mempercayai tentara Salib bertahan dan terus bersembunyi di rumah-rumahnya. Setelah ribuan umat Islam Spanyol berkumpul di pelabuhan, dengan cepat tentara Salib menggeledah rumah-rumah yang telah itinggalkan penghuninya. Lidah api terlihat menjilat-jilat angkasa ketika para tentara Salib itu membakari rumah-rumah tersebut bersama orang-orang Islam yang masih bertahan di dalamnya.
Sedang ribuan umat Islam yang tertahan di pelabuhan hanya bisa terpana ketika tentara Salib juga membakari kapal-kapal yang dikatakan akan mengangkut mereka keluar dari Spanyol. Kapal-kapal itu dengan cepat tenggelam. Ribuan umat Islam tidak bisa berbuat apa-apa karena sama sekali tidak bersenjata. Mereka juga kebanyakan terdiri dari para perempuan dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Sedang tentara Salib itu telah mengepung mereka dengan pedang terhunus.
Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara Salib itu segera membantai dan menghabisi umat Islam Spanyol tanpa perasaan belas kasihan. Jerit tangis dan takbir membahana. Dengan buas tentara Salib terus membunuhi warga sipil yang sama sekali tidak berdaya.
Seluruh Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman. Tragedi ini bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah yang kemudian diperingati oleh dunia Kristen setiap tanggal 1 April sebagai April Mop (The Aprils Fool Day).
_______________________________________
Apapun latar belakangnya , pada hari ini, di”perbolehkan” untuk menipu, menggangu, menjahili, bahkan menyusahkan orang lain.
-------------------------
*Buku Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Halloween, So What ? Rizki Ridyasmara, Pustaka Al Kautsar. Halaman 71-73.
*Muhammad Ali Quthub, FAKTA PEMBANTAIAN MUSLIM DI ANDALUSIA, Pustaka Mantiq, Desember 1990, hal. 23Ditulis ulang oleh Anwar Baru Belajar dengan diringkas dan sedikit perubahan.
-------------------------------------------------
Kesaksian Kolonel Limonsky (Fakta Kekejaman Dewan Inkuisisi Gereja Spanyol terhadap Umat Islam Andalusia)
Kolonel Limonsky, salah seorang perwira Prancis yang berkunjung ke Spanyol mengungkapkan :
Pada tahun 1809, demikian awal pengunkapannya, Aku bersama pasukan Perancis berperang melawan Spanyol. Aku bersama anak buah berhasil menguasai Madrid, Ibukota Spanyol. Napoleon pada tahun 1809 menginstruksikan kepada kami untuk melikuidir seluruh Dewan Inkuisis di kerajaan Spanyol itu. Tetapi perintah tersebut tidak kami laksanakan mengingat suasana perang berkecamuk dan kondisi politik saat itu tidak menentu.
Kondisi semacam itu dimanfaatkan para rahib Yesuit. Mereka bergabung dengan Dewan dan berkeras membunuh dan menyiksa tentara-tentara Perancis yang tertangkap. Inilah reaksi mereka atas instruksi Napoleon. Disamping mereka bertujuan menakuti orang-orang Perancis, agar secepatnya kami meninggalkan negeri mereka.
Suatu malam, sekitar jam 10 malam, aku berjalan di suatu jalan di Madrid. Jalan tersebut sunyi dari lalu lalang orang. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh serbuan orang yang bersenjata. Dua orang tersebut rupanya hendak membunuhku. Aku membela diri sekuatnya. Kemudian datanglah pasukan jaga malam Perancis yang berkuda membawa lentera. Mereka bertugas menjaga keamanan seluruh kota. Pasukan itulah yang menyelamatkan aku.
Ketika melihat bahwa yang datang adalah pasukan Perancis, dua penyerangku lari. Tampak jelas dalam penglihatanku, mereka pasukan dari Dewan Inkuisisi melihat dari seragam yang mereka kenakan.
Atas kejadian itu secepatnya aku menemui Marskal Sault, Penguasa militer Madrid saat itu. Kujelaskan semua yang terjadi. Marskal marah besar. Katanya : “Aku sudah menduga, tidak salah lagi bahwa yang sering membunuh tentara Perancis dimalam hari adalah kelompok penjahat Dewan Inkuisisi. Kita harus segera bertindak, melaksanakan instruksi imperium. Sekaranga tentara beserta empat buah meriam untuk menghancurkan secepatnya markas Dewan Inkuisisi. Tangkaplah semua intel rahib itu. Kalau anda menemui fakta-fakta kejahatannya, seretlah segera para penjahat itu ke pengadilan militer!”
Biara Dewan Inkuisisi
Pada jam empat pagi, aku membawa pasukan menuju ke biara Dewan Inkuisisi. Letak tempat ini lima mil dari kota Madrid. Para rahib yang berada dalam biara ini sebelumnya tak mengetahui sama sekali bahwa biaranya telah dikepung tentara dan meriam.
Kulihat biara itu sebuah bangunan yang amat besar, menyerupai benteng. Dinding-dinding yang tinggi mengelilingi, dan senantiasa dijaga pasukan Yesuit. Di pintu biara itu aku berbicara kepada penjaga yang berdiri di atas dinding. Dinding itu kuperkirakan sangat mahal,benar-benar mengkilap, menakjubkan. Tiap sudut kucium bau wewengian. Ruangan ini pantas menjadi istana raja yang kaya lagi boros. Aku tahu, bau wewangian itu berasal dari lampu lilin yang terus menyala di depan lukisan-lukisan gerombolan dewan inkusisi dan Yesuit. Lilin itu rupanya dioleh dengan campuran mawar sehingga harum.
Kami hampir gagal menemukan aula-aula penyiksaan yang sedang kami cari. Kami teliti satu persatu kamar-kamar dan semua ruangan yang ada. Tidak ada satu tanda pun yang menunjukkan adanya ruang penyiksaan. Sehingga kami memutuskan untuk keluar dari biara itu dan membawa orang yang menyerang itu ke mahkamah militer dengan tuduhan melawan. Semua orang yang kami temui bersumpah bahwa tuduhan tentang penyiksaan itu bohong. Omong kosong belaka. Itu semua hanya suatu taktik untuk memfitnah perjuangan suci yang kami lakukan, demikian kilahnya.
Pemimpin mereka menandaskan dengan kalimat yang halus seraya menundukkan kepala dan diiringi tangis buaya. Pemandangan ini sungguh hampir menipu kami.
Para prajurit telah kuinstruksikan untuk siap-siap meninggalkan biara. Tiba-tiba Letnan De Leyle memohon kepadaku. Katanya, “Wahai Kolonel, sebenarnya tugas kita belum selesai.”
“Bukankah seluruh biara ini telah kau periksa Letna?!” sanggahku.
“Benar, kita telah memeriksa. Tetapi aku masih penasaran untuk mengetahui apa di balik lantai ruangan ini. Akan kuperiksa seteliti mungkin. Suara hatiku mengatakan, bahwa rahasia dibalik lantai ini. Ruangan-ruangan yang bagus ini menutupi tempat yang kita cari,” tegas Letnan De Leyle.
Mendegar penjelasan Letnan De Leyle, para rahib tampak gelisah, saling memandang satu sama lain.
Kolonel akhirnya mengizinkan permohonan Letan De Leyle menelusuri tempat penyiksaan.
Semua anggota pasukan diperintah mengangkat permadani yang menutupi seluruh lantai itu. Lalu mengambil air unttuk diguyurkan pada setiap ruangan dan kamar. Ternyata air itu merembet ke dalam. dengan cepat air itu habis kebawah. De Leyle menepuk tangannya dengan amat gembira atas temuannya ini.
“Ini dia!” serunya, “ini dia pintunya!” teriaknya lagi. “Lihat! Pintunya telah kita temukan!”
Kuperintahkan atas nama Kaisar Napoleon untuk segera membuka pintu gerbang. Kulihat penjaga iut menoleh kebelakang berbicara kepada kami yang tidak melihatnya. Kami dikejutkan dengan bedil. Mereka menhujani peluru sementara iut diluar kesiapan kami menghadapinya. Beberapa anak buahku terbunuh, sebagian luka-luka. Segera kuperintahkan kepada pasukan untuk menyerbu biara karena mereka menembak dari arah yesuit. Pintu gerbang terus dipertahankan dengan kekuatan. Terjadilah tembak menembak secara sengit di lokasi pintu gerbang . Kami membalas dengan hujaman peluru meriam ke arah tembok dan pintu gerbang. Pasukan kami terus nekad mendekati benteng dengan memakai perisai yang tebal untuk menahan peluru dari pasukan Inkuisisi.
Setengah jam pertempuran itu berlangsung dan tembok benteng itu rontok sebagian. Sesepatnya anggota pasukan dan perwira-perwira kami masuk ke biara.
Gerombolan Yesuit
Tetapi anehnya para rahib Yesuit menyongsong kami dengan penampakan yang amat gembira. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Mereka bahkan memarahi pasukannya yang menembaki kami. Saya tahu, keramahan mereka hanyalah pura-pura. Karena itu saya tidak mengulur waktu laig untuk segera menangkap para uskup, rahib, juga pasukannya yang munafik iut untuk segera dihadapkan ke pengadilan militer.
Kami masuk kedalam untuk melacak tempat penyiksaan yang terkenal sangat kejam dan mendirikan bulu roma. Alat penyiksaan yang mereka gunakan sangat menakutkan.
Terus berputar mengelilingi tiap ruangan. Tanpa benda-benda yang berada di dalamnya sangat luks. Permadani yang digelar berasal dari Persia, ada kursi malas, lukisan-lukisan langka yang mahal, meja dan perpustakaan yang amat besar. Lantainya terbuat dari bahan kayu dan dapat terbuka secara otomatis bila tombol yang berada dibawah meja kepala inkuisisi itu di injak.
Dengan popor bedil, pintu ajaib itu berhasil kami buka. Gerombolan yesuit wajahnya pucat pasi. Kami semakin memperketat penjagaan sehingga mereka semakin ketakutan.
Di bawah pintu rahasia itu terdapat tangga untuk menuju riang bawah lantai. Secepatnya aku mengambil lilin besar yang panjangnya lebih dari sat meter. Kunyalakan dan terlihat di ruang iut lukisan para pemimpin Dewan Inkuisisi dan Dewan Qudus. Saat aku hendak menuruni tangga, salah seorang pastur menepuk bahuku dengan halus seraya menegurku, “Kuharap wahai anakku, jangan bawa lilin itu dengan tanganmu yang sudah berlumuran darah. Karena lilin itu lilin suci.”
“Itu benar…” jawabku ketus, “memang tanganku tidak layak dinajisi oleh lilin kalian yang justru berlumuran darah orang-orang yang tak bersalah. Akan kita saksikan nanti siapa yang najis dan pembuhuh darah dingin yang sebenarnya di antara kita!” ketusku.
Aula peradilan dan singgasana keagamaan
Aku menuruni tanggal itu diikuti para perwira lainnya juga anak buah yang membawa persenjataan. Kudapati ruang besar persegi empat. Mereka menyebut ruang pengadilan. Di tengah ruang itu terpancang sebuah tiang marmer dan untaian rantai besia. Rantai itu untuk mengikat mangsanya saat diadili.
Berhadapan dengan aula adalah sebuah ‘singgasana keagamaan’ demikian mereka menyebut. Terdapat sebuah bangku yang tinggi sebagai tempat duduk kepala dewan inkuisisi. Sebelahnya juga ada bangku-bangku untuk anggota mahkamah letaknya lebih rendah dari tempat kepala dewan.
Kamar Penyiksaan
Kami melanjutkan langkah, sampailah kami di tempat penyiksaan. Kamar-kamarnya luas sekali dan meliputi semua ruang yang ada di bawah. Kami semua menahan nafas demi melihat alat-alat penyiksaan. Bulu roma kami tegak berdiri. Alat-alat yang terpampang di situ sunggu mengerikan.
Di bawahnya terdapat ruangan – ruangan kecil seukuran tubuh manusia. Bahkan ada yang hanya bisa berdiri saja, atau jongkok saja. Nara pidana yang diselkan di situ tentu hanya dapat berdiri atau jongkok untuk selamanya hingga mati dalam posisi seperti itu juga. Mayat – mayat yang ada di situ dibiarkan hingga dagingnya terpisah dari tulangnya.
Untuk menghilangkan bau mayat, mereka membuat sebuah lubang kecil sebagai tempat udara keluar. Saat itu kami menemukan beberapa mayat yang tinggal kerangka dalam keadaan terbelenggu lantai. Mereka terdiri dari wanita dan laki – laki yang usiannya berkisar antara empat belas tahun hingga tujuh puluh tahun.
Selanjutnya atas pelacakan ini, kami berhasil membebaskan beberapa tahanan dari belenggu. Keadaan diri mereka sebagian ada yang sudah tak tertolong, tak bisa hidup lama lagi. Sebab fisik dan mentalnya sudah hancur oleh siksaan – siksaan yang teramat tajam.
Para tawanan itu telanjang bulat hingga terpaksa anak buah kami melepaskan bajunya untuk dikenakan pada tawanan wanita. Kami bawa mereka ke tempat terang agar penglihatan tidak rusak. Atas terlepasnya dari belenggu mengerikan itu, mereka menangis lalu menciumi tangan dan kaki tentara kami. Mereka berterima kasih atas selamatnya diri mereka dari siksa maut dewan inkuisisi.
Alat – Alat Penyiksaan
Kami melanjutkan pelacakan. Langkah kami menuju ke ruang tempat di simpannya alat-alat penyiksa. Kami temukan alat pemecah tulang dan peremuk tubuh. Rupanya mereka memulai dengan tulang kaki lalu tulang dada, kepala dan kedua tangan. Semuanya itu dilakukan secara berurutan. Sehingga dari alat itu setelah semua dilakukan, daging tawanan akan keluar teronggok – onggok.
Ada lagi sebuah peti sekuruan kepala orang. Alat ini diletakkan di kepala setelah kaki dan tangan dirantai. Bila sudah diikat demikian, bagaimana sang buruan ini bisa bergerak? Di atas kepala pada peti itu terdapat lubang untuk tempat air menetes, air yang dingin dan aka terus-menerus menetesi kepala. Banyak tawanan menjadi gila karena kepalanya disiksa dengan tetes air secara terus menerus. Dibiarkan sang tawanan mengaduh hingga mereka puas menyaksikan kematiannya.
Lagi, kami lihat alat – alat peniyksa ketiksa yang disebut gambar wanita cantik. Bentuk alat ini adalah tabut (tabelo, peti mati) yang desainya seperti wanita cantik sedang tidur. Posisinya bagai siap di senggama. Di seluruh dinding tabut itu di tancapkan pisau – pisau tajam. Seorang pemuda yang akan di siksa, disuruh menempatkan diri pada tabut itu kemudian ditutup dengan paksa. Padahal penutupnya terdapat pisau-pisau yang siap menancap pada tubuh si korban. Tubuh sang pemuda yang menjadi korban itupun tersincang seprti pergedel.
Kami temukan alat – alat penyakat lidah, perobek dada dan pencopot buah dada. Alat pencabut itu bentuk seperti catut dari besi yang tajam. Cemeti dari besi berduri adalah alat untuk mencambuk tubuh. Mereka mencambuk sampai tubuh korban antara tulang dan dagingnya terpisah.
Berita penyerbuan tentara Perancis ke biara Dewan Inkuisisi telah sampai ke Madrid. Datang berduyun – duyun massa untuk menyaksikan secara langsung tempat penyiksaan itu. Sungguh laiknya hari kiamat saja.
Ketika masa menyaksikan berbagai bentuk penyiksaan dengan penyaksian sendiri, amarahnya meluap bagai kesetanan. Mereka segara menangkap kepala Yesuit dan memasukkannya ke alat penghancur tubuh dan tulang tanpa kasihan lagi. Sedang sekretarisnya di masukkan ke peti yang berbentuk tubuh wanita. Pintunya ditutup dengan keras, hingga tubuhnya tersayat – sayat. Bahkan massa menambahkan lagi sisksaan sebagai luapan dendam. Tubuh Kepala Yesuit dan sekretarisnya dikeluarkan dari alat siksa itu untuk dimasukkan secara ganti – gati ke alat siksa lainnya. Massa memperlakukan tokoh bengis itu sebagaimana tokoh – tokoh itu memperlakukan orang – orang tidak berdosa.
Dalam waktu relatif singkat, massa berhasil membantai sejumlah tiga belas pastur Dewan Inkuisisi. Lalu mereka merampas barang yang ada di biara itu. Dalam pelacakan terakhir kami temukan daftar orang kaya yang masuk dalam buku Dewan. Mereka dijadikan sapi perahan. Bila menolak membayar upeti sebagaimana ditentukan oleh Yesuit, diancam dengan hukum siksaan dan dibunuh dengan alat – alat neraka itu.
Hari Sejarah Terbesar
Aku menganggap bahwa hari penemuan Biara Dewan Inkuisisi sebagai hari bersejarah terbesar yang dapat disaksikan langsung oleh dunia setelah penyerbuan Bastile (penjara Bastile). Betapa tidak, hari itu adalah dimana seorang ayah dapat kembali memeluk anak – anaknya, hari para ibu dapat menciumi kembali putra putrinya setelah melewati penyiksaan – penyiksaan di luar kesanggupan. Peluk dan cium dilampiaskan kepada para tentara yang berhasil menyingkap rahasia biara itu. Bagi wanita yang terperangkap, hari kebebasan ini merupakan hal yang sangat berharga baginya, sebab ia dapat terhindar dari perampsan kehormatan dirinya.
Untuk mengisahkan fakta kekejaman dewan inkuisisi ini rasanya tak cukup dengan penuturan. Sungguh, bila menyaksikan apa yang di perbuat dan apa yang terjadi di biara itu, seolah mustahil terjadi. Bagaimana bisa, manusia berbuat sekejam itu, rasanya setan pun takkan mungkin melakukannnya.
***********
http://jeehadi1924.wordpress.com/2011/03/28/kesaksian-kolonel-limonsky-fakta-kekejaman-dewan-inkuisisi-gereja-spanyol-terhadap-umat-islam-andalusia-bagian-2-habis/
[ sumber : Buku Fakta Pembantaian Muslim di Andalusia : Muhammad Ali Quthb]
Pada tahun 1809, demikian awal pengunkapannya, Aku bersama pasukan Perancis berperang melawan Spanyol. Aku bersama anak buah berhasil menguasai Madrid, Ibukota Spanyol. Napoleon pada tahun 1809 menginstruksikan kepada kami untuk melikuidir seluruh Dewan Inkuisis di kerajaan Spanyol itu. Tetapi perintah tersebut tidak kami laksanakan mengingat suasana perang berkecamuk dan kondisi politik saat itu tidak menentu.
Kondisi semacam itu dimanfaatkan para rahib Yesuit. Mereka bergabung dengan Dewan dan berkeras membunuh dan menyiksa tentara-tentara Perancis yang tertangkap. Inilah reaksi mereka atas instruksi Napoleon. Disamping mereka bertujuan menakuti orang-orang Perancis, agar secepatnya kami meninggalkan negeri mereka.
Suatu malam, sekitar jam 10 malam, aku berjalan di suatu jalan di Madrid. Jalan tersebut sunyi dari lalu lalang orang. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh serbuan orang yang bersenjata. Dua orang tersebut rupanya hendak membunuhku. Aku membela diri sekuatnya. Kemudian datanglah pasukan jaga malam Perancis yang berkuda membawa lentera. Mereka bertugas menjaga keamanan seluruh kota. Pasukan itulah yang menyelamatkan aku.
Ketika melihat bahwa yang datang adalah pasukan Perancis, dua penyerangku lari. Tampak jelas dalam penglihatanku, mereka pasukan dari Dewan Inkuisisi melihat dari seragam yang mereka kenakan.
Atas kejadian itu secepatnya aku menemui Marskal Sault, Penguasa militer Madrid saat itu. Kujelaskan semua yang terjadi. Marskal marah besar. Katanya : “Aku sudah menduga, tidak salah lagi bahwa yang sering membunuh tentara Perancis dimalam hari adalah kelompok penjahat Dewan Inkuisisi. Kita harus segera bertindak, melaksanakan instruksi imperium. Sekaranga tentara beserta empat buah meriam untuk menghancurkan secepatnya markas Dewan Inkuisisi. Tangkaplah semua intel rahib itu. Kalau anda menemui fakta-fakta kejahatannya, seretlah segera para penjahat itu ke pengadilan militer!”
Biara Dewan Inkuisisi
Pada jam empat pagi, aku membawa pasukan menuju ke biara Dewan Inkuisisi. Letak tempat ini lima mil dari kota Madrid. Para rahib yang berada dalam biara ini sebelumnya tak mengetahui sama sekali bahwa biaranya telah dikepung tentara dan meriam.
Kulihat biara itu sebuah bangunan yang amat besar, menyerupai benteng. Dinding-dinding yang tinggi mengelilingi, dan senantiasa dijaga pasukan Yesuit. Di pintu biara itu aku berbicara kepada penjaga yang berdiri di atas dinding. Dinding itu kuperkirakan sangat mahal,benar-benar mengkilap, menakjubkan. Tiap sudut kucium bau wewengian. Ruangan ini pantas menjadi istana raja yang kaya lagi boros. Aku tahu, bau wewangian itu berasal dari lampu lilin yang terus menyala di depan lukisan-lukisan gerombolan dewan inkusisi dan Yesuit. Lilin itu rupanya dioleh dengan campuran mawar sehingga harum.
Kami hampir gagal menemukan aula-aula penyiksaan yang sedang kami cari. Kami teliti satu persatu kamar-kamar dan semua ruangan yang ada. Tidak ada satu tanda pun yang menunjukkan adanya ruang penyiksaan. Sehingga kami memutuskan untuk keluar dari biara itu dan membawa orang yang menyerang itu ke mahkamah militer dengan tuduhan melawan. Semua orang yang kami temui bersumpah bahwa tuduhan tentang penyiksaan itu bohong. Omong kosong belaka. Itu semua hanya suatu taktik untuk memfitnah perjuangan suci yang kami lakukan, demikian kilahnya.
Pemimpin mereka menandaskan dengan kalimat yang halus seraya menundukkan kepala dan diiringi tangis buaya. Pemandangan ini sungguh hampir menipu kami.
Para prajurit telah kuinstruksikan untuk siap-siap meninggalkan biara. Tiba-tiba Letnan De Leyle memohon kepadaku. Katanya, “Wahai Kolonel, sebenarnya tugas kita belum selesai.”
“Bukankah seluruh biara ini telah kau periksa Letna?!” sanggahku.
“Benar, kita telah memeriksa. Tetapi aku masih penasaran untuk mengetahui apa di balik lantai ruangan ini. Akan kuperiksa seteliti mungkin. Suara hatiku mengatakan, bahwa rahasia dibalik lantai ini. Ruangan-ruangan yang bagus ini menutupi tempat yang kita cari,” tegas Letnan De Leyle.
Mendegar penjelasan Letnan De Leyle, para rahib tampak gelisah, saling memandang satu sama lain.
Kolonel akhirnya mengizinkan permohonan Letan De Leyle menelusuri tempat penyiksaan.
Semua anggota pasukan diperintah mengangkat permadani yang menutupi seluruh lantai itu. Lalu mengambil air unttuk diguyurkan pada setiap ruangan dan kamar. Ternyata air itu merembet ke dalam. dengan cepat air itu habis kebawah. De Leyle menepuk tangannya dengan amat gembira atas temuannya ini.
“Ini dia!” serunya, “ini dia pintunya!” teriaknya lagi. “Lihat! Pintunya telah kita temukan!”
Kuperintahkan atas nama Kaisar Napoleon untuk segera membuka pintu gerbang. Kulihat penjaga iut menoleh kebelakang berbicara kepada kami yang tidak melihatnya. Kami dikejutkan dengan bedil. Mereka menhujani peluru sementara iut diluar kesiapan kami menghadapinya. Beberapa anak buahku terbunuh, sebagian luka-luka. Segera kuperintahkan kepada pasukan untuk menyerbu biara karena mereka menembak dari arah yesuit. Pintu gerbang terus dipertahankan dengan kekuatan. Terjadilah tembak menembak secara sengit di lokasi pintu gerbang . Kami membalas dengan hujaman peluru meriam ke arah tembok dan pintu gerbang. Pasukan kami terus nekad mendekati benteng dengan memakai perisai yang tebal untuk menahan peluru dari pasukan Inkuisisi.
Setengah jam pertempuran itu berlangsung dan tembok benteng itu rontok sebagian. Sesepatnya anggota pasukan dan perwira-perwira kami masuk ke biara.
Gerombolan Yesuit
Tetapi anehnya para rahib Yesuit menyongsong kami dengan penampakan yang amat gembira. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Mereka bahkan memarahi pasukannya yang menembaki kami. Saya tahu, keramahan mereka hanyalah pura-pura. Karena itu saya tidak mengulur waktu laig untuk segera menangkap para uskup, rahib, juga pasukannya yang munafik iut untuk segera dihadapkan ke pengadilan militer.
Kami masuk kedalam untuk melacak tempat penyiksaan yang terkenal sangat kejam dan mendirikan bulu roma. Alat penyiksaan yang mereka gunakan sangat menakutkan.
Terus berputar mengelilingi tiap ruangan. Tanpa benda-benda yang berada di dalamnya sangat luks. Permadani yang digelar berasal dari Persia, ada kursi malas, lukisan-lukisan langka yang mahal, meja dan perpustakaan yang amat besar. Lantainya terbuat dari bahan kayu dan dapat terbuka secara otomatis bila tombol yang berada dibawah meja kepala inkuisisi itu di injak.
Dengan popor bedil, pintu ajaib itu berhasil kami buka. Gerombolan yesuit wajahnya pucat pasi. Kami semakin memperketat penjagaan sehingga mereka semakin ketakutan.
Di bawah pintu rahasia itu terdapat tangga untuk menuju riang bawah lantai. Secepatnya aku mengambil lilin besar yang panjangnya lebih dari sat meter. Kunyalakan dan terlihat di ruang iut lukisan para pemimpin Dewan Inkuisisi dan Dewan Qudus. Saat aku hendak menuruni tangga, salah seorang pastur menepuk bahuku dengan halus seraya menegurku, “Kuharap wahai anakku, jangan bawa lilin itu dengan tanganmu yang sudah berlumuran darah. Karena lilin itu lilin suci.”
“Itu benar…” jawabku ketus, “memang tanganku tidak layak dinajisi oleh lilin kalian yang justru berlumuran darah orang-orang yang tak bersalah. Akan kita saksikan nanti siapa yang najis dan pembuhuh darah dingin yang sebenarnya di antara kita!” ketusku.
Aula peradilan dan singgasana keagamaan
Aku menuruni tanggal itu diikuti para perwira lainnya juga anak buah yang membawa persenjataan. Kudapati ruang besar persegi empat. Mereka menyebut ruang pengadilan. Di tengah ruang itu terpancang sebuah tiang marmer dan untaian rantai besia. Rantai itu untuk mengikat mangsanya saat diadili.
Berhadapan dengan aula adalah sebuah ‘singgasana keagamaan’ demikian mereka menyebut. Terdapat sebuah bangku yang tinggi sebagai tempat duduk kepala dewan inkuisisi. Sebelahnya juga ada bangku-bangku untuk anggota mahkamah letaknya lebih rendah dari tempat kepala dewan.
Kamar Penyiksaan
Kami melanjutkan langkah, sampailah kami di tempat penyiksaan. Kamar-kamarnya luas sekali dan meliputi semua ruang yang ada di bawah. Kami semua menahan nafas demi melihat alat-alat penyiksaan. Bulu roma kami tegak berdiri. Alat-alat yang terpampang di situ sunggu mengerikan.
Di bawahnya terdapat ruangan – ruangan kecil seukuran tubuh manusia. Bahkan ada yang hanya bisa berdiri saja, atau jongkok saja. Nara pidana yang diselkan di situ tentu hanya dapat berdiri atau jongkok untuk selamanya hingga mati dalam posisi seperti itu juga. Mayat – mayat yang ada di situ dibiarkan hingga dagingnya terpisah dari tulangnya.
Untuk menghilangkan bau mayat, mereka membuat sebuah lubang kecil sebagai tempat udara keluar. Saat itu kami menemukan beberapa mayat yang tinggal kerangka dalam keadaan terbelenggu lantai. Mereka terdiri dari wanita dan laki – laki yang usiannya berkisar antara empat belas tahun hingga tujuh puluh tahun.
Selanjutnya atas pelacakan ini, kami berhasil membebaskan beberapa tahanan dari belenggu. Keadaan diri mereka sebagian ada yang sudah tak tertolong, tak bisa hidup lama lagi. Sebab fisik dan mentalnya sudah hancur oleh siksaan – siksaan yang teramat tajam.
Para tawanan itu telanjang bulat hingga terpaksa anak buah kami melepaskan bajunya untuk dikenakan pada tawanan wanita. Kami bawa mereka ke tempat terang agar penglihatan tidak rusak. Atas terlepasnya dari belenggu mengerikan itu, mereka menangis lalu menciumi tangan dan kaki tentara kami. Mereka berterima kasih atas selamatnya diri mereka dari siksa maut dewan inkuisisi.
Alat – Alat Penyiksaan
Kami melanjutkan pelacakan. Langkah kami menuju ke ruang tempat di simpannya alat-alat penyiksa. Kami temukan alat pemecah tulang dan peremuk tubuh. Rupanya mereka memulai dengan tulang kaki lalu tulang dada, kepala dan kedua tangan. Semuanya itu dilakukan secara berurutan. Sehingga dari alat itu setelah semua dilakukan, daging tawanan akan keluar teronggok – onggok.
Ada lagi sebuah peti sekuruan kepala orang. Alat ini diletakkan di kepala setelah kaki dan tangan dirantai. Bila sudah diikat demikian, bagaimana sang buruan ini bisa bergerak? Di atas kepala pada peti itu terdapat lubang untuk tempat air menetes, air yang dingin dan aka terus-menerus menetesi kepala. Banyak tawanan menjadi gila karena kepalanya disiksa dengan tetes air secara terus menerus. Dibiarkan sang tawanan mengaduh hingga mereka puas menyaksikan kematiannya.
Lagi, kami lihat alat – alat peniyksa ketiksa yang disebut gambar wanita cantik. Bentuk alat ini adalah tabut (tabelo, peti mati) yang desainya seperti wanita cantik sedang tidur. Posisinya bagai siap di senggama. Di seluruh dinding tabut itu di tancapkan pisau – pisau tajam. Seorang pemuda yang akan di siksa, disuruh menempatkan diri pada tabut itu kemudian ditutup dengan paksa. Padahal penutupnya terdapat pisau-pisau yang siap menancap pada tubuh si korban. Tubuh sang pemuda yang menjadi korban itupun tersincang seprti pergedel.
Kami temukan alat – alat penyakat lidah, perobek dada dan pencopot buah dada. Alat pencabut itu bentuk seperti catut dari besi yang tajam. Cemeti dari besi berduri adalah alat untuk mencambuk tubuh. Mereka mencambuk sampai tubuh korban antara tulang dan dagingnya terpisah.
Berita penyerbuan tentara Perancis ke biara Dewan Inkuisisi telah sampai ke Madrid. Datang berduyun – duyun massa untuk menyaksikan secara langsung tempat penyiksaan itu. Sungguh laiknya hari kiamat saja.
Ketika masa menyaksikan berbagai bentuk penyiksaan dengan penyaksian sendiri, amarahnya meluap bagai kesetanan. Mereka segara menangkap kepala Yesuit dan memasukkannya ke alat penghancur tubuh dan tulang tanpa kasihan lagi. Sedang sekretarisnya di masukkan ke peti yang berbentuk tubuh wanita. Pintunya ditutup dengan keras, hingga tubuhnya tersayat – sayat. Bahkan massa menambahkan lagi sisksaan sebagai luapan dendam. Tubuh Kepala Yesuit dan sekretarisnya dikeluarkan dari alat siksa itu untuk dimasukkan secara ganti – gati ke alat siksa lainnya. Massa memperlakukan tokoh bengis itu sebagaimana tokoh – tokoh itu memperlakukan orang – orang tidak berdosa.
Dalam waktu relatif singkat, massa berhasil membantai sejumlah tiga belas pastur Dewan Inkuisisi. Lalu mereka merampas barang yang ada di biara itu. Dalam pelacakan terakhir kami temukan daftar orang kaya yang masuk dalam buku Dewan. Mereka dijadikan sapi perahan. Bila menolak membayar upeti sebagaimana ditentukan oleh Yesuit, diancam dengan hukum siksaan dan dibunuh dengan alat – alat neraka itu.
Hari Sejarah Terbesar
Aku menganggap bahwa hari penemuan Biara Dewan Inkuisisi sebagai hari bersejarah terbesar yang dapat disaksikan langsung oleh dunia setelah penyerbuan Bastile (penjara Bastile). Betapa tidak, hari itu adalah dimana seorang ayah dapat kembali memeluk anak – anaknya, hari para ibu dapat menciumi kembali putra putrinya setelah melewati penyiksaan – penyiksaan di luar kesanggupan. Peluk dan cium dilampiaskan kepada para tentara yang berhasil menyingkap rahasia biara itu. Bagi wanita yang terperangkap, hari kebebasan ini merupakan hal yang sangat berharga baginya, sebab ia dapat terhindar dari perampsan kehormatan dirinya.
Untuk mengisahkan fakta kekejaman dewan inkuisisi ini rasanya tak cukup dengan penuturan. Sungguh, bila menyaksikan apa yang di perbuat dan apa yang terjadi di biara itu, seolah mustahil terjadi. Bagaimana bisa, manusia berbuat sekejam itu, rasanya setan pun takkan mungkin melakukannnya.
***********
http://jeehadi1924.wordpress.com/2011/03/28/kesaksian-kolonel-limonsky-fakta-kekejaman-dewan-inkuisisi-gereja-spanyol-terhadap-umat-islam-andalusia-bagian-2-habis/
[ sumber : Buku Fakta Pembantaian Muslim di Andalusia : Muhammad Ali Quthb]
Catatan : Terlepas dari kontroversial cerita sejarah ini, saya (pengampu blog) hanya mengutip dari buku tersebut. Silahkan pembaca untuk mencari sumber yang valid [ atau berita ini hanya sekedar HOAX. Jangankan berita yang jauh dari Indonesia, berita yang ada di dalam negeri saja terjadi cerita yang simpang siur. Contoh kasus SUPERSEMAR dll. Atau bagaimana dengan cerita Tragedi pembantaian Tobelo ini, silahkan di klik: http://faktadibaliksejarah.blogspot.com/2011/02/mari-sambut-yesus-yang-penuh-damai-ini.html
Allah berfirman :
Allah berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. [Qs. Al Hujurat : 6]
(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.[Qs. An Nuur : 15]