Kalau semuanya ini bukan berasal dari ajaran Islam, maka selamanya ia tidak akan pernah menjadi ajaran Islam walaupun dipaksa-paksakan dan dilakukan oleh para tokoh masyarakat. Karena Islam telah sempurna.....
Mengurus kematian bagi umat Islam sudah ada tata caranya yang dituntunkan dan dicontohkan Nabi Muhammad. Selain dari pada itu termasuk hal yang diada-adakan atau bid'ah yang termasuk dalam kesesatan. Hal-hal yang masih banyak dijalankan oleh umat Islam pada saat upacara kematian selalu berlindung pada alasan adat istiadat.
Mencermati upacara kematian sebagian ummat Islam, ada yang masih kental dengan serangkaian adat yang jelas-jelas tidak dituntunkan dalam Islam. Pada saat keberangkatan jenazah, seperti melakukan pemecahan piring yang sebenarnya sebagai simbolisasi tertentu tetapi menjadi sesat ketika niatannya untuk maksud penghormatan atau demi keselamatan.
Menuju detik-detik keberangkatan jenazah menuju ke pemakaman, sebagian masyarakat biasanya melakukan prosesi upacara adat . Sebagai mengantar arwah ke alam akhirat, pihak keluarga memecahkan tiga macam perkakas rumah dengan disertai pekikan Allahu Akbar. Tiga perkakas itu secara berturut-turut adalah piring, gelas, dan kaca.Upacara kemudian dilanjutkan dengan upacara brobosan. Upacara ini adalah mengkolong (berjalan di bawah keranda) sebanyak tiga kali yang dilakukan keluarga inti.
Beberapa adat lain seperti menyapu di depan jenazah yang akan berangkat, upacara brobosan bagi anak cucu di bawah jenazah untuk penghormatan terakhir, mengambil air sisa mandi jenazah kemudian diusapkan ke wajah pada anak-anak yang ditinggal, menyembelih seekor ayam ketika jenazah akan diberangkatkan, adzan sebelum memasukkan jenazah ke liang lahat, dan tahlilan adalah beberapa rangkaian upacara yang dilakukan sebelum dan setelah jenazah dimakamkan di sebagian tempat di negeri kita.
Bukan bermaksud menjelekkan tetapi sebagai pencerahan bagi kita yang masih hidup untuk lebih berhati-hati bila berkaitan dengan tuntunan Islam yang benar. Kita harus berusaha melandaskan segala sesuatu berdasarkan Al Qur'an dan tuntunan Nabi Muhammad supaya tidak terjebak dalam ibadah sia-sia yang mengarah kepada kemusyrikan. Ancaman dari hal-hal yang termasuk bid'ah adalah sesat yang ganjarannya adalah neraka.
Salah satu upacara tradisional dalam adat istiadat kematian jawa adalah upacara brobosan. Upacara brobosan ini bertujuan untuk menunjukkan penghormatan dari sanak keluarga kepada orang tua dan leluhur mereka yang telah meninggal dunia. Upacara brobosan diselenggarakan di halaman rumah orang yang meninggal, sebelum dimakamkan, dan dipimpin oleh anggota keluarga yang paling tua.
Sekilas tradisi brobosan dilangsungkan secara berurutan sebagai berikut:
1) peti mati dibawa keluar menuju ke halaman rumah dan dijunjung tinggi ke atas setelah upacara doa kematian selesai,
2) anak laki-laki tertua, anak perempuan, cucu laki-laki dan cucu perempuan, berjalan berurutan melewati peti mati yang berada di atas mereka (mrobos) selama tiga kali dan searah jarum jam,
3) urutan selalu diawali dari anak laki-laki tertua dan keluarga inti berada di urutan pertama; anak yang lebih muda beserta keluarganya mengikuti di belakang.
Upacara tradisional ini menyimbolkan penghormatan sanak keluarga yang masih hidup kepada orang tua dan leluhur mereka.
Dikumpulkan dari berbagai sumber
Mengurus kematian bagi umat Islam sudah ada tata caranya yang dituntunkan dan dicontohkan Nabi Muhammad. Selain dari pada itu termasuk hal yang diada-adakan atau bid'ah yang termasuk dalam kesesatan. Hal-hal yang masih banyak dijalankan oleh umat Islam pada saat upacara kematian selalu berlindung pada alasan adat istiadat.
Mencermati upacara kematian sebagian ummat Islam, ada yang masih kental dengan serangkaian adat yang jelas-jelas tidak dituntunkan dalam Islam. Pada saat keberangkatan jenazah, seperti melakukan pemecahan piring yang sebenarnya sebagai simbolisasi tertentu tetapi menjadi sesat ketika niatannya untuk maksud penghormatan atau demi keselamatan.
Menuju detik-detik keberangkatan jenazah menuju ke pemakaman, sebagian masyarakat biasanya melakukan prosesi upacara adat . Sebagai mengantar arwah ke alam akhirat, pihak keluarga memecahkan tiga macam perkakas rumah dengan disertai pekikan Allahu Akbar. Tiga perkakas itu secara berturut-turut adalah piring, gelas, dan kaca.Upacara kemudian dilanjutkan dengan upacara brobosan. Upacara ini adalah mengkolong (berjalan di bawah keranda) sebanyak tiga kali yang dilakukan keluarga inti.
Beberapa adat lain seperti menyapu di depan jenazah yang akan berangkat, upacara brobosan bagi anak cucu di bawah jenazah untuk penghormatan terakhir, mengambil air sisa mandi jenazah kemudian diusapkan ke wajah pada anak-anak yang ditinggal, menyembelih seekor ayam ketika jenazah akan diberangkatkan, adzan sebelum memasukkan jenazah ke liang lahat, dan tahlilan adalah beberapa rangkaian upacara yang dilakukan sebelum dan setelah jenazah dimakamkan di sebagian tempat di negeri kita.
Bukan bermaksud menjelekkan tetapi sebagai pencerahan bagi kita yang masih hidup untuk lebih berhati-hati bila berkaitan dengan tuntunan Islam yang benar. Kita harus berusaha melandaskan segala sesuatu berdasarkan Al Qur'an dan tuntunan Nabi Muhammad supaya tidak terjebak dalam ibadah sia-sia yang mengarah kepada kemusyrikan. Ancaman dari hal-hal yang termasuk bid'ah adalah sesat yang ganjarannya adalah neraka.
Salah satu upacara tradisional dalam adat istiadat kematian jawa adalah upacara brobosan. Upacara brobosan ini bertujuan untuk menunjukkan penghormatan dari sanak keluarga kepada orang tua dan leluhur mereka yang telah meninggal dunia. Upacara brobosan diselenggarakan di halaman rumah orang yang meninggal, sebelum dimakamkan, dan dipimpin oleh anggota keluarga yang paling tua.
Sekilas tradisi brobosan dilangsungkan secara berurutan sebagai berikut:
1) peti mati dibawa keluar menuju ke halaman rumah dan dijunjung tinggi ke atas setelah upacara doa kematian selesai,
2) anak laki-laki tertua, anak perempuan, cucu laki-laki dan cucu perempuan, berjalan berurutan melewati peti mati yang berada di atas mereka (mrobos) selama tiga kali dan searah jarum jam,
3) urutan selalu diawali dari anak laki-laki tertua dan keluarga inti berada di urutan pertama; anak yang lebih muda beserta keluarganya mengikuti di belakang.
Upacara tradisional ini menyimbolkan penghormatan sanak keluarga yang masih hidup kepada orang tua dan leluhur mereka.
Dikumpulkan dari berbagai sumber
Anwar Baru Belajar