Salah satu bentuk penyakit hati yang sangat berbahaya bagi seorang muslim adalah kesombongan. Bahkan ancaman bagi orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan sangat mengerikan.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ. رواه مسلم
Tidak akan masuk surga seorang yang dalam hatinya ada sebiji dzarrah dari kesombongan. (HR. Muslim)
Yang demikian karena surga Allah سبحانه وتعالى persiapkan bagi orang-orang yang tidak sombong, sebagaimana firman-Nya:
تِلْكَ الدَّارُ اْلآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لاَ يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ. (القصص: 83
Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa. (al-Qashash: 83)
Demikian kerasnya ancaman di atas terhadap seorang yang memiliki sifat sombong, karena kesombongan itu adalah pakaian Allah. Maka terlalu lancang bagi seseorang yang memakai pakaian Allah tsb.
Dalam hadits qudsi yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُوْلُ: إِنَّ الْعِزَّ إِزَارِيْ وَالْكِبْرِيَاءَ رِدَائِيْ فَمَنْ نَازِعُنِيْ فِيْهِمَا عَذَّبْتُهُ. (رواه الطبراني
Sesunguhnya Allah Ta’ala berfirman: “Kemuliaan adalah pakaian-Ku dan sombong adalah selendang-Ku. Barangsiapa yang mengambilnya dariku, Aku Adzab dia. (HR. Muslim)
Kesombongan bukanlah berwujud seorang yang suka memakai pakaian yang bagus atau sandal yang bagus. Akan tetapi lebih dari itu, yaitu seseorang yang menolak kebenaran dan meremehkan manusia yang lainnya. Seperti dalam kelanjutan riwayat di atas. Seorang shahabat رضي الله عنه bertanya kepada Nabi صلى الله عليه وسلم: “Wahai Rasulullah, kami suka memakai pakaian dan sandal yang bagus”. Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab:
إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ. رواه مسلم
Sesungguhnya Allah indah dan suka keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. (HR. Muslim)
Menolak kebenaran
Sifat ini banyak dilupakan oleh sebagian kaum muslimin. Jika ada orang yang kaya yang memakai pakaian dan sandal yang bagus, mereka mencibir dan menjulukinya sebagai seorang yang sombong. Padahal mereka sendiri jika diberi nasehat dengan ayat-ayat dan hadits-hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم menolaknya dengan akal dan hawa nafsunya.
Maka sesungguhnya mereka inilah yang sombong, karena menolak kebenaran dari al-Qur’an dan hadits, dan lebih membanggakan akal pikirannya sendiri. Sungguh inilah sikap iblis ketika diperintah oleh Allah untuk sujud kepada Adam عليه السلام. Dia menolak dengan pikirannya bahwa dia yang diciptakan dari api lebih baik dan lebih mulia dari Adam عليه السلام yang diciptakan dari tanah.
Allah سبحانه وتعالى berfirman:
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلاَّ تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ. (الأعراف: 12
Allah berfirman: “Apa yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) waktu Aku menyuruhmu?” Iblis menjawab: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. (al-A’raaf: 12)
Iblis menolak perintah Allah untuk memuliakan Adam, karena merasa dirinya lebih berhak untuk mendapatkan kemuliaan. Terkumpullah pada diri iblis sifat yang diterangkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم yaitu menolak perintah Allah yang hak dan meremehkan Adam عليه السلام. Maka Allah sebut perbuatan iblis tersebut sebagai kesombongan.
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا ِلآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ. (البقرة: 34
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia menolak dan sombong. Dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (al-Baqarah: 34)
Meremehkan manusia
Sifat kedua ini pun banyak mengenai kita, kaum muslimin. Sering sekali tanpa terasa, sebagian kita meremehkan dan menganggap rendah orang lain di bawah telapak kakinya. Sifat ini yang membawa sebagian manusia meperolok-olokkan sebagian yang lainnya, padahal belum tentu yang memperolok-olokkan lebih baik dan lebih mulia daripada yang diperolok-olokkan.
Allah سبحانه وتعالى berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلاَ نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ… (الحجرات: 11
Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lainnya, (karena) bisa jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lainnya, (karena) bisa jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok). .. (al-Hujura-at: 11)
Pada ayat berikutnya Allah سبحانه وتعالى menerangkan bahwa orang yang paling mulia adalah mereka yang paling bertaqwa di antara mereka.
…إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ. (الحجرات: 13
…Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (al-Huju-raat: 13)
Hubungan antara sifat ini dengan sifat yang sebelumnya sangat erat. Kita lihat bahwa umat-umat sebelum kita yang menolak kebenaran dari para nabinya, biasanya karena mereka meremehkan dan merendahkan para Nabi tersebut.
Allah سبحانه وتعالى berfirman tentang nabi Nuh عليه السلام:
قَالُوا أَنُؤْمِنُ لَكَ وَاتَّبَعَكَ الْأَرْذَلُونَ. (الشعراء: 111
Mereka berkata: “Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?” (asy-Syu’araa: 111)
فَقَالَ الْمَلأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلاَّ بَشَرًا مِثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلاَّ الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ. (هود: 27
Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: “Kami tidak melihatmu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta”. (Huud: 27)
Dan Allah سبحانه وتعالى berfirman tentang nabi Syu’aib عليه السلام:
قَالُوا يَاشُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ كَثِيرًا مِمَّا تَقُولُ وَإِنَّا لَنَرَاكَ فِينَا ضَعِيفًا وَلَوْلاَ رَهْطُكَ لَرَجَمْنَاكَ وَمَا أَنْتَ عَلَيْنَا بِعَزِيزٍ. (هود: 91
Mereka berkata: “Hai Syu`aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami. (Huud: 91)
Demikian pula Allah berfirman tentang nabi Luth عليه السلام:
وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلاَّ أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوهُمْ مِنْ قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ. (الأعراف: 82
Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kota kalian ini;sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang sok mensucikan diri.” (al-A’raaf: 82)
Lihatlah mereka menyebut para nabi dan para pengikutnya sebagai orang-orang yang rendah, orang-orang yang sok suci, dan orang-orang yang lemah dan miskin. Semua itu dalam rangka menolak kebenaran yang mereka dakwahkan.
Sombong karena kekayaan
Sebagian manusia yang tidak memiliki rasa syukur, ketika mendapatkan kekayaan harta dunia yang melimpah, mereka menjadi sombong, menolak kebenaran dan meremehkan manusia. Sifat inilah yang menyebabkan Qarun menolak kebenaran yang dibawa oleh Nabi Musa عليه السلام dan merendahkan manusia lainnya, khususnya pengikut nabi Musa.
Allah menjelaskan kisahnya dengan firman-Nya:
إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَءَاتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لاَ تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْفَرِحِينَ . وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ اْلآخِرَةَ وَلاَ تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلاَ تَبْغِ الْفَسَادَ فِي اْلأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (77) قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلاَ يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ. (القصص: 76)
Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri”. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (al-Qashash: 76-78)
Sombong karena kedudukan
Sebagian yang lainnya menjadi sombong, menolak kebenaran dan menginjak-injak manusia ketika mendapatkan kedudukan yang tinggi sebagai pemimpin dan penguasa. Ketika merasa dirinya lebih tinggi dan lebih mulia di atas manusia yang lainnya, ia enggan untuk menerima nasehat dan kebenaran dari orang yang dianggap lebih rendah dan lebih hina. Inilah yang membawa Fir’aun menolak dakwah Nabi Musa عليه السلام dan merendahkan bani Israil.
إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلاَ فِي اْلأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ. (القصص: 4)
Sesungguhnya Fir`aun telah berbuat kesombongan di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir`aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (al-Qashash: 4) Wallahu a’lam
Ust. Muhammad Umar as-Sewed
Buletin Manhaj Salaf, Edisi: 114/Th. III Tanggal 16 Rajab 1427 H/11 Agustsus 2006 M