Telah tersebar di tengah-tengah kaum muslimin sebuah do'a “Allahumma baarik lanaa fii Rojab wa Sya’ban wa ballignaa Romadhon [Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan perjumpakanlah kami dengan bulan Ramadhan]”. Do’a ini biasa diucapkan ketika memasuki bulan Rajab. Sekarang permasalahannya, apakah benar do’a ini benar disandarkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu termasuk do'a yang diajarkan? Inilah yang akan penulis tinjau pada tulisan kali ini.
Riwayat selengkapnya mengenai do’a tersebut adalah sebagai berikut.
حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ عَنْ زَائِدَةَ بْنِ أَبِي الرُّقَادِ عَنْ زِيَادٍ النُّمَيْرِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ وَكَانَ يَقُولُ لَيْلَةُ الْجُمُعَةِ غَرَّاءُ وَيَوْمُهَا أَزْهَرُ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah, telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Umar dari Za`idah bin Abu Ar Ruqad dari Ziyad An Numairi dari Anas bin Malik, ia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam apabila memasuki bulan Rajab, maka beliau mengatakan,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
"ALLAHUMMA BARIK LANA FI RAJABI WA SYA'BAN WA BARIK LANA FI RAMADHAN (Ya Allah, berkahilah kami di bulan rajab dan sya'ban, serta berkahilah kami di bulan ramadhan)" Beliau bersabda,"Malam jum'at adalah mulia dan harinya terang benderang."
Riwayat di atas dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya (1/259), Ibnu Suniy dalam ’Amalul Yaum wal Lailah, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman (3/1399), An Nawawi dalam Al Adzkar (245)
Dalam hadits ini terdapat Zaidah bin Abi Ar Ruqod dan Ziyad An Numairi. Imam Al Bukhari dan Ibnu Hajar Al Asqolani menilai Zaidah bin Abi Ar Ruqod sebagai munkarul hadits. Sedangkan Ziyad bin ‘Abdillah An Numairi dikatakan oleh Yahya bin Ma’in dan Ibnu Hajar sebagai perowi yang dho’if.
Hadits ini dikatakan dho’if (lemah) oleh Ibnu Rajab dalam Lathoif Ma’arif (218), Syaikh Al Albani dalam tahqiq Misykatul Mashobih (1369), dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam takhrij Musnad Imam Ahmad.
Hadits ini dinilai dho’if oleh:
- Adz Dzahabi dalam Mizanul I’tidal (2/65).
- Ibnu Rajab dalam Lathoif Ma’arif (218).
- Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Tabyinul ‘Ajb (19).
- Syu’aib Al Arnauth menilai sanadnya dho’if dalam tahqiq musnad Imam Ahmad (1/259).
Kesimpulan
Riwayat yang menyebutkan do’a bulan Rajab tersebut adalah riwayat yang dho’if. Sehingga sikap kita ketika mengucapkan do’a tersebut adalah tidak menganggapnya sebagai ucapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Diselesaikan di warnet Retro Pangukan, Sleman, 10 Rajab 1431 H (23/06/2010)
Artikel www.rumaysho.com
Muhammad Abduh Tuasikal