Minggu, 29 Agustus 2010

STOP MENGGUNJING...!!!

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa tabayyun yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka yang jaraknya lebih jauh antara timur dan barat." (HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun telah memberikan nasihat kepada Mu'adz radhiyallahu 'anhu:


"Pelihara ini olehmu!" Muadz bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah kita akan disiksa karena apa-apa yang kita katakan?" Lalu beliau menjawab, "Ibumu akan kehilanganmu! Tidaklah manusia DIPANGGANG WAJAH MEREKA di neraka, kecuali karena penyelewengan lidah-lidah mereka." (HR. Tirmidzi, dan dia berkata hadits ini hasan shahih)

Allah Ta'ala berfirman:


مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (Qaaf: 18)

وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ كِرَامًا كَاتِبِينَ يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ

"Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Infithaar: 10-12)

Ya ikhwan dan akhwat yang saya cintai karena Allah, di antara penyelewengan lidah yang sangat berbahaya adalah ghibah (menggunjing/gosip). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menerangkan ta'rif ghibah melalui sabdanya:

أتدرون ما الغيبة قالوا الله ورسوله أعلم قال ذكرك أخاك بما يكره قيل فرأيت إن كان في أخي ما أقول قال إن كان فيه ما تقول فقد اغتبته وإن لم يكن فيه فقد بهته

"Tahukah kalian apakah ghibah itu?" Para Sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu!" Lalu beliau melanjutkan, "Yaitu kamu menceritakan saudaramu tentang hal-hal yang (apabila diketahuinya) tidak disukainya." Lalu seseorang bertanya, "Bagaimana kalau yang diceritakan itu memang sesuai dengan kenyataannya?" Beliau menjawab, "Bila apa yang kamu ceritakan itu ada pada saudaramu, maka kamu telah melakukan ghibah terhadapnya. Dan bila apa yang kamu ceritakan itu tidak ada pada diri saudaramu, berarti kamu telah mengada-ada tentangnya (memfitnahnya)." [HR. Muslim (no. 2589), Abu Dawud (no. 4874), At-Tirmidzi (no. 1934), Ahmad (2/230), Ad-Darimi (no. 2717)].

Dari hadits tersebut, jelaslah bahwa ghibah adalah menceritakan orang lain tanpa sepengetahuannya tentang sifat dan keadaan yang ada pada dirinya, yang seandainya dia mengetahuinya pastilah dia tidak menyukainya, meskipun sesuai dengan kenyataannya. Tapi apabila apa yang diceritakan itu tidak terdapat dalam dirinya, maka disebut mengada-ada, dan ini jauh lebih besar dosanya daripada ghibah.

Ghibah merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya, untuk itu maka Islam melarang umatnya melakukannya, terlebih bagi mereka yang menjadi panutan umat di lingkungan tempat tinggal atau lingkungan pergaulan seperti di Facebook ini. Sebab bisa mengakibatkan putusnya tali ukhuwah, rusaknya kasih sayang, timbulnya permusuhan, tersebarnya aib, dan timbulnya gairah untuk terus melakukannya. Padahal Allah Ta'ala telah memperingatkan dalam firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (Al-Hujuraat: 12)

Diriwayatkan dari Jabir bin ABdullah radhiyallahu 'anhu, dia berkata bahwa pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bertiup ANGIN YANG BUSUK BAUNYA, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya segolongan orang MUNAFIK telah melakukan ghibah terhadap orang-orang muslim, sehingga bertiuplah angin busuk ini." (HR. Ahmad, dan berkata al-Hafizh al-Mundziri bahwa para perawinya tsiqoh)

Tak ada seorang manusia pun selain para rasul yang tidak mempunyai aib. Terkadang aib kita lebih besar dan lebih parah daripada aib orang lain. Semestinya setiap hamba yang beriman senantiasa menyibukkan dirinya sendiri dalam upaya membina pribadi dan perbaikan aib dirinya sendiri. Maka berbahagialah orang yang sibuk dengan aibnya sendiri.

Diriwayatkan dari Al-Baro bin 'Azib radhiyallahu 'anhu dengan sanad yang baik, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Wahai, orang-orang yang beriman dengan lidahnya, janganlah kalian melakukan ghibah terhadap sesama kaum muslimin dan jangan pula membongkar "aurat" mereka, karena barang siapa yang membuka aib saudaranya, maka Allah akan membuka auratnya hingga terbongkar di tengah-tengah rumahnya." (HR. Abu Dawud dan Abu Ya'la)

Syaikh Abdullah bin Jaarullah berkata dalam kitabnya Al Bayan fi Aafaati al-Lisan:

"Orang yang melakukan ghibah akan mengalami kerugian, karena pahala amal kebaikannya kelak akan diberikan kepada orang yang menjadi sasaran ghibahnya. Di lain pihak, ada orang lain yang akan mendapatkan keuntungan karena memperoleh pahala amal kebaikan yang datang tanpa diketahuinya.

Dari Abu Umamah al-Bahily radhiyallahu 'anhu, dia berkata: "Sesungguhnya seorang hamba akan diberi catatan amalnya pada hari kiamat, maka dia melihat pahala kebaikan yang tidak pernah dilakukannya waktu di dunia, lalu dia berkata, "Ya Allah, dari manakah semua ini?" Lalu Allah menjawab, "Ini dari orang-orang yang melakukan ghibah terhadapmu tanpa kamu sadari."

Maka ketika Hasan al-Bashri mendengar ada seseorang yang melakukan ghibah terhadapnya, maka dia lalu mengirim sekantung kurma kepadanya dan berkata, "Telah sampai kepadaku kabar bahwa engkau telah menghadiahkan kebaikanmu kepadaku, maka aku ingin membalas kebaikanmu padaku. Celalah aku, aku tidak mampu membalasmu dengan sempurna."

Menjauhi Orang-orang yang Suka Ghibah

Ditanyakan kepada Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah:

"Saya mempunyai seorang teman yang sering berbicara mencemarkan nama baik orang lain. Saya sering menasihatinya tapi dia tetap tidak mau berubah. Perbuatannya itu sudah menjadi kebiasaannya. Dan kadang-kadang dia melakukannya DENGAN ALASAN NIAT BAIK. Apakah orang seperti dia boleh kita kucilkan?"

Beliau rahimahullah menjawab:

Membicarakan dan mencemarkan nama baik kaum muslimin yang tidak mereka sukai adalah merupakan kemungkaran yang besar dan termasuk ghibah yang diharamkan bahkan termasuk DOSA BESAR, berdasarkan firman Allah:

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (Al-Hujuraat: 12)

Dan juga berdasarkan sebuah hadits riwayat Imam Muslim (sebagaimana telah disebutkan di atas tentang ta'rif ghibah).

Disebutkan dalam sebuah hadits shahih:

عن أنس بن مالك قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لما عرج بي مررت بقوم لهم أظفار من نحاس يخمشون وجوههم وصدورهم فقلت من هؤلاء يا جبريل قال هؤلاء الذين يأكلون لحوم الناس ويقعون في أعراضهم

Dari Anas bin Malik ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam : “Ketika aku sedang dimi’rajkan, aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga yang sedang mencakar wajah dan dada mereka. Aku bertanya : ‘Siapakah mereka wahai Jibril ?’. Jibril menjawab : ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia dan mencela kehormatannya” [HR. Abu Dawud (no. 4878) dan Ahmad (3/224); dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud (3/197) dan Ash-Shahiihah (no. 533)].

Al-'Allamah Ibnu Muflih berkata, "Sanad hadits tersebut shahih." Beliau berkata, "Dan Abu Dawud meriwayatkan dengan sanad hasan sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu secara marfu':

"Sesungguhnya termasuk DOSA BESAR adalah mencemarkan kehormatan seorang muslim tanpa alasan yang hak." (HR. Abu Dawud no. 4234)

Oleh karena itu wajib bagi anda dan selain anda dari kaum muslimin untuk TIDAK DUDUK-DUDUK DAN BERBINCANG-BINCANG dengan orang yang sedang menggunjing kaum muslimin. Sebaiknya kita harus menasihati dan mengingkari perbuatan tersebut, berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Barang siapa di antara kalian melihat kemunkaran, rubahlah dengan tangannya. Jika dia tidak mampu, rubahlah dengan lidahnya. Jika dia tidak mampu, rubahlah dengan hatinya (dengan mengingkarinya di dalam hati), dan itulah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim no. 70).

Jika kita tidak sanggup mencegah dan menasihati mereka, maka segeralah kita pergi dan tidak duduk-duduk bersama mereka. Ini termasuk cara mengingkari perbuatan mereka. Mudah-mudahan Allah memperbaiki keadaan kaum muslimin dan menolong mereka dalam meraih kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.

[Al-Fatawa Juz Tsani, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah]

Allahumma amin. Semoga bermanfaat untuk saya dan untuk antum sekalian...

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menasihati 'Uqbah bin 'Amir ketika dia bertanya tentang keselamatan:

"Peliharalah lidahmu, betahlah tinggal di rumahmu dan tangisilah dosa-dosamu." (HR. Tirmidzi, dan dia berkata hadits ini hasan).


Dari catatan Al Fawaid (Abu Muhammad Herman)