Kamis, 14 April 2011

Antara Yahudi, Kristen dan Syi'ah

Mempertanyakan Infiltrasi Yahudi dan Kristen Dalam Doktrin Syi'ah

(Tinjauan Sejarah di Masa Abbasiyah-Umayyah)






Membicarakan sejarah aliran teologi Syi’ah, ternyata banyak litelatur karya ulama’ terdahulu tidak melepaskan dari fenomena hubungannya dengan Yahudi dan Kristen. Apalagi tokoh Abdullah bin Saba’, yang dalam Tarikh Ibnu Asakir, Tarikh Thabari dan kitab-kitab sejarah lainnya disebut sebagai pencetus pemikiran Syi’ah, adalah seorang Yahudi Yaman. Ia tercatat memeluk Islam pada zaman Utsman. Di masa Daulah Abbasiyyah, Dr. Fath Muhammad al-Zaghi menyebut-nyebut penganut Syi’ah kerap bersentuhan dengan orang-orang Yahudi.
Interaksi intens antara kaum Yahudi dan Kristen dengan umat Islam di abad masa kekhalifahan Abbasiyah dan Bani Umayyah, akhirnya berpengaruh terhadap pemikiran Syiah. selama dua masa itu, banyak terjadi proses internalisasi pemikiran Yahudi dan Kristen ke dalam pemeluk Syi’ah. Prose itu terjadi ketika mereka saling berinteraksi dalam kehidupan.
Kamil Sa’fan dalam al-Yahud Tarikhan wa ‘Aqidatan melaporkan, kaum Yahudi mendapatkan kemudahan hidup pada masa kekhalifan Abbasiyah. Tercatat, mereka mendirikan sepuluh sekolah teologi dan 23 tempat Ibadah di Baghdad. Pada masa Umayyah, bahkan ada orang Kristen yang menduduki posisi penting di pemerintahan. Disamping itu, Khalifah memberi kesempatan berdialog dengan kaum muslimin.
Di era pemerintahan Abbasiyyah, ada seorang Yahudi bernama Abdullah bin Ma’mun berpura-pura menjadi muslim. Ia mendakwahkan untuk bersikap lembut kepada Ahlu al-Bait Nabi SAW agar mudah diterima Syi’ah. Kitab Kasyfu Asrari al-Bathiniyyah wa Akhbaru al-Qaramithah merekam sepak terjangnya. Ia membuat fitnah dengan memasukkan metode ta’wil simbolis (ta’wil bathiniyyah) – yaitu metode ta’wil yang hampir sama dengan metode hermeneutika – ke dalam sekte Syi’ah Isma’iliyyah. Konsep ta’wil inilah yang dipraktikkan Syi’ah Isma’iliyyah (Syi’ah Bathiniyyah) dan sekte Syi’ah lainnya.
....Konsep ta’wil simbolis sendiri sesungguhnya adalah buah dari ajaran Kabbalah Yahudi....
Konsep ta’wil simbolis sendiri sesungguhnya adalah buah dari ajaran Kabbalah Yahudi. Menurut kelompok Kabbalah, di samping makna literal, teks kitab Taurat mempunyai makna batin yang hanya diketahui oleh para salikin (peniti jalan batin). Hermeneutika Baruch Spinoza (1632-1677), filosof dan teolog Yahudi penggagas metode kritik Bibel, termasuk banyak dipengaruhi oleh ajaran Kabbalah dalam hal metode ‘tafsir’ ini.
Pada kenyataanya, di masa pemerintahan Abbasiyyah, kaum Kabbalis sudah berinteraksi dengan pengikut Syi’ah. Infiltrasi pemikiran Kabbalis ke dalam pemikir-pemikir muslim secara tidak langsung melalui sekte Yahudi yang bernama al-‘Isawiyyah pada masa Khalifah al-Mansur. Dr. Ali Syami al-Nasyyar mengungkap bahwa para peneliti mengatakan, doktrin utama Syi’ah Isma’iliyyah berasal dari sekte Yahudi al-‘Isawiyyah ini (Nasy atu al-Fikr al-Falsafi fi al-Islam juz I, hal. 88). Sekte al-‘Isawiyyah meyakini pendirinya bernama Abu Isa Ishaq bin Ya’qub adalah seorang nabi al-Masih yang ditunggu-tunggu. Mereka juga memasukkan konsep penafian sifat-sifat wujudiyyah Tuhan, dan teori hulul kedalam pemikiran Isma’iliyyah.
Al-Nasysyar mengatakan: “Sekte al-‘Isawiyyah ini berperan besar dalam mendirikan sekte Syi’ah Bathiniyyah (Isma’ilyyah). Ada korelasi antara sebagaian sekte-sekte Yahudi dengan sekte Bathiniyyah ini melalui ajaran Kabbalah Yahudi. Sungguh saya melihat Kabbalah Yahudi berpengaruh besar terhadap akidah-akidah Syi’ah Ghulat”. Dan ternyata, ajaran-ajaran tersebut ternyata juga diadopsi oleh sekte Syi’ah lainnya termasuk Syi’ah Istna ‘Asyariyyah.
Sedangkan infiltrasi Kristen banyak terjadi pada masa Umayyah. Orang-orang Kristen pada masa Bani Umayyah sering melakukan diskusi, dialog dan perdebatan dengan orang-orang Islam. Bahkan, toleransi Kekhalifahan Bani Umayyah terhadap kaum Kristen, dimanfaatkan Kristen untuk menarik simpati kaum muslim dengan melakukan kerja kerja sama.
....infiltrasi Kristen banyak terjadi pada masa Umayyah. Seorang ulama’ Syi’ah di Baghdad dalam khutbah jum’at secara terus terang mengakui ada kemiripan Syi’ah dengan Kristen....
Pada kondisi ini, menurut catatan Dr. Fath Muhammad al-Zaghbiy, ajaran Kristen terinternalisasi ke dalam doktrin Syi’ah.
Pada tahun 400 H seorang ulama’ Syi’ah di Baghdad dalam khutbah jum’at secara terus terang mengakui ada kemiripan Syi’ah dengan Kristen, bahwa Imam Ali bin Abi Thalib bisa menghidupkan mayat manusia, menceritakan tentang pemuda Kahfi, sebagaimana Nabi Isa juga melakukannya (al-Hadlarah al-Islamiyyah fi Qarn 4 Jilid I hal. 125).
Memang menurut Alqamah bin Qais, perumpamaan Ali bin Abi Thalib seperti Nabi Isa bin Maryam. Bahkan doktrin ghuluw ini telah dikumandangkan oleh Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi Yaman yang disebut pencetus lahirnya paham Syi’ah. Abdul Qahir al-Baghdadi mencatat, bahwa Abdullah bin Saba’ pernah berkata: “Sesungguhnya Ali telah naik ke langit, sebagaiman Nabi Isa naik ke sana”(al-Farqu bayna al-Firaq, hal. 143).
Ritual-ritual Syi’ah juga disinyalir bersumber dari ajaran Kristen. Seperti diakui oleh Vali Nasr,putra Seyyed Hossein Nasr, ritual Asyura memperingati kematian Husein cucu Nabi, Imam Syi’ah ketiga, bertumpu pada duka cita (Azadari) yang hampir sama dengan ritual di dalam ajaran Katolik Lenten. Katolik Lenten melakukan parade penderitaan Yesus pada hari Minggu Suci (Holy Week) pada empat puluh hari sebelum Paskah.
Bahkan praktik menyakiti diri sendiri pada peringatan duka Asyura dengan menumpahkan darah sendiri melalui sayatan kecil di kepala menurut Vali Nasr menyerupai ritual penyesalan (Panitentes) yang dilakukan di lingkungan Katolik di Iberia. Apalagi ritual menyakiti diri pada Asyura diyakini untuk mempertebal keimanan kaum Syi’ah dan merupakan kesempatan pertobatan kolektif atas dosa-dosa. Ini berarti Syi’ah menjadikan Hussein sebagai penebus dosa, sebagaimana Yesus yang disalib demi menebus dosa kaum Kristiani.
....Syi’ah menjadikan Hussein sebagai penebus dosa, sebagaimana Yesus yang disalib demi menebus dosa kaum Kristiani....
Walhasil, ternyata infiltrasi pandangan hidup Barat Kristen dan Yahudi tidak hanya masuk ke dalam pemikiran muslim liberal, akan tetapi telah lama merasuk ke dalam sekte Syi’ah. Akan tetapi untuk kepentingan dakwah, doktrin-doktrin Syiah terkadang tidak diketengahkan secara lugas dan terang. Ada metode taqiyyah (menyembunyikan identitas pemikiran) untuk keselamatan akidah di tengah mayoritas penganut Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Adagiumnya seperti tersebut dalam kitab Syi’ah, Ushul Kafi Juz II hal. 217; La dina liman la taqiyya lahu”.

Wallahu a’lam bil showab.
Oleh: Kholili Hasib
Mahasiswa Pascasarjana ISID Gontor
-----------------------------------------------



Innalillahi, Ahmadinejad Menghina Dua Sahabat Rasul!

Di tengah eforia kemenangannya dalam pemilu Iran yang baru saja digelar, Ahmadinejad sebelumnya mengeluarkan pernyataan yang terang-terangan menghina dua orang sahabat Rasulullah Muhammad.

Kecaman dan hinaan Ahmadinejad itu—lebih gila lagi—disampaikan dalam sebuah acara televisi secara langsung di Shabaka 3, saluran televisi Iran, hanya beberapa hari sebelum pelaksanaan pemilu Iran.

Seperti yang diketahui, Iran yang berbasis Syiah ini—salah satu aliran Islam yang dianggap menyimpang—sudah sejak lama mempersempit ruang gerak para jamaah ahli Sunnah (kaum Sunni). Di bawah kepemimpinan Ahmadinejad, bahkan para jamaah Sunni mengalami penderitaan yang belum pernah dialami sejak Revolusi Rafidi Khomeini.

Dalam acara itu, Ahmadinejad dengan lugas mengatakan bahwa Talhah dan Zubair adalah dua orang pengkhianat. “Talhah dan Zubair adalah dua orang sahabat Rasul, tapi setelah kepergian Rasul, mereka berdua kembali kepada ajaran sebelumnya dan mengikuti Muawiyah!”

Padahal dalam sejarah, Talhah dan Zubair, dua orang sahabat Rasul itu, tak pernah bertempur dengan Muawiyah, karena keduanya meninggal lama sebelum peperangan Jamal di tahun ke-36 kekhalifahan Islam di mana Muawiyah menjadi rajanya.

Pernyataan Ahmadinejad ini sudah jelas kemana arahnya, yaitu membuat sebuah perbandingan atas sahabat Rasul dulu dengan kejadian politik saat ini di Iran—berkaitan dengan rivalnya Mousavi. Sebelumnya, Ahmadinejad sudah sangat sering menghina sekitar 15 juta penganut Sunni di Iran. Bahkan, pendahulu Ahmadinejad, Rafidi menghina dan menganggap remeh alias menyepelekan 90% Muslim seluruh dunia.

Namun demikian, masih banyak juga pihak atau pengagum Rafidi dan pengingkar sahabat Rasul lainnya seperti Ahmadinejad ini. Mereka adalah orang yang tidak menyadari gerakan Syiah atau mereka yang tak mau memahami rejim 12 Imam ini yang merupakan musuh terbuka terhadap para sahabat Rasul. (sa/alqimmah/sunni-news/ayandenews)


Sumber :
http://www.eramuslim.com/berita/dunia/innalillahi-ahmadinejad-menghina-dua-sahabat-rasul.htm


Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad Memiliki Garis Keturunan Yahudi

TEHRAN (Berita SuaraMedia) – Mehdi Khazali, putra tokoh konservatif Ayatollah Abu Al-Kassam Khazali, membuat tulisan mengejutkan di situs internet pribadinya. Dalam tulisannya, dia mengatakan bahwa dirinya mengetahui sebuah fakta yang mengejutkan. Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad memiliki garis keturunan Yahudi.

Khazali mencatat bahwa Ahmadinejad mengubah nama keluarganya. Aslinya, nama keluarganya adalah Saborjhian, dia mengatakan bahwa akar keluarga Saborjhian di kota Aradan masih harus terus diselidiki.

Khazali mengatakan bahwa Ahmadinejad mengubah nama Yahudinya di kartu tanda pengenal untuk menyembunyikan akar keturunan dan darah Yahudi yang mengalir dalam dirinya.

Para kerabat Ahmadinejad telah mengatakan kepada harian Inggris, The Guardian, sesaat setelah dia terpillih sebagai presiden Iran dulu, bahwa keluarganya memutuskan untuk mengganti nama keluarga. Alasan penggantian nama keluarga tersebut adalah gabungan antara "alasan keagamaan dan alasan ekonomi."

"Dengan pergantian nama keluarga tersebut, nama yang baru seolah mempelihatkan sebuah keluarga Islam taat dari kelas pekerja untuk kepentingan politik populis Ahmadinejad," demikian tulis wartawan Robert Tait di harian The Guardian. Nama Saborjhian sendiri berasal dari kata benang berwarna – berasal dari kata Sabor dalam bahasa Farsi – sebuah pekerjaan yang umum dan sederhana dalam industri karpet di propinsi Semnan, daerah Aradan. Ahmad, sebaliknya, merupakan nama yang juga dipergunakan juga untuk menyebut Nabi Muhammad dan artinya berbudi luhur, nejad berarti ras dalam bahasa Farsi, jadi Ahmadinejad bisa diartikan umat Muhammad yang berbudi luhur.

Meski selama ini dikenal sering melontarkan kata-kata makian yang kasar dan pedas terhadap Yahudi Israel, Khazali mengatakan bahwa presiden Iran tersebut bermaksud menyembunyikan fakta bahwa dirinya adalah seorang yang berdarah Yahudi. Oleh karena itu, Ahmadinejad seringkali "menyerang" Israel dan kaum Yahudi, untuk menciptakan kesan bahwa dirinya adalah seorang Muslim yang memegang teguh keyakinannya.

Ucapan Khazali tersebut dimuat dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Khazali sendiri yang berjudul, "Yahudi di Iran". Di dalamnya, dia mengatakan bahwa waktunya telah tiba untuk mengungkapkan kebenaran mengenai peranan Yahudi di Iran.

Komunitas Yahudi di Iran merupakan komunitas Yahudi terbesar di Timur Tengah, selain di Israel tentunya, dengan jumlah populasi yang mencapai 20.000 orang. Meski kaum Yahudi hanya hidup dalam standar kehidupan rata-rata, namun mereka sama sekali tidak mau beranjak dari Iran.

Komunitas Yahudi Iran adalah salah satu komunitas Yahudi tertua, dengan sebuah sejarah yang berumur 3.000 tahun lamanya. Yahudi Iran terkonsentrasi di tiga kota, Tehran, Isfahan, dan Shiraz.

Sejumlah besar komunitas Yahudi di Iran menjalankan usaha kecil-keclilan dalam bidang perdagangan dan usaha eceran. Sejumlah Yahudi dipekerjakan oleh pemerintahan atau perusahaan milik negara.

Komunitas Yahudi di Iran telah mengadaptasi era elektronik dan memiliki situs internet khusus untuk membantu komunitas Yahudi Iran dalam menggalang dana untuk memenuhi kebutuhan mereka. Para donatur untuk komunitas Yahudi Iran berasal dari luar negeri, dipimpin oleh Yahudi kaya asal Iran yang pindah dari Iran setelah terjadi revolusi, setiap tahunnya, dia menyumbangkan jutaan dollar kepada komunitas Yahudi Iran.

Sumbangan dana tersebut dipergunakan untuk mendanai biaya operasional 30 buah sinagog dan rumah sakit Yahudi di Tehran. Rumah sakit Yahudi tersebut dipandang oleh warga setempat sebagai rumah sakit yang berkualitas baik di Iran. Sebagian besar staf medisnya adalah Yahudi, dan keseluruhan biaya operasional rumah sakit tersebut mengandalkan pada donasi Yahudi.

Bulan Maret lalu, rumah sakit Yahudi tersebut bahkan mendapatkan sumbangan dana khusus, ketika ditelusuri, dana khusus tersebut berasal dari kantor presiden Iran Mahmud Ahmadinejad.

Masa Lalu Ahmadinejad

Rumah dari Mahmud Saborjhian muda tampak reyot dan tidak layak huni, tamannya sudah ditumbuhi oleh rerumputan liar dan dipergunakan untuk tempat bertenggernya ayam-ayam. Sumur tua yang dulu dipergunakan orangtuanya untuk menimba air minum telah berubah menjadi kering.

Hal tersebut adalah pemandangan masa lalu Iran. Namun bagi masyarakat Iran, pemandangan sekeliling di kota Aradan, yang terletak sekitar 80 mil di sebelah tenggara Tehran dan langsung berhubungan dengan jalur sutra, sangat berarti.

Kota tersebut adalah kota dimana presiden Iran, yang lebih dikenal dengan nama Mahmud Ahmadinejad, tumbuh dewasa. Dia merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara.

Keluarga Saborjhian menyewa rumah dua tingkat sebelum meninggalkan kawasan miskin tersebut pada akhir tahun 1950an untuk mencari kemakmuran dan kehidupan baru di Tehran. Ahmadinejad kecil kala itu baru berusia satu tahun lebih beberapa bulan.

"Pindah dari desa ke kota besar adalah sebuah hal yang umum dan biasa terjadi di masa itu, sehingga orang-orang yang tidak ingin menunjukkan silsilah keluarga mereka memutuskan untuk mengubah nama keluarga," kata Mehdi Shahhosseini, putra dari sepupu Ahmadinejad yang masih tinggal di Aradan.

Ahmadinejad memang berulangkali tertangkap basah tengah bertemu dengan para pemimpin Yahudi. Ahmadinejad memiliki hubungan yang harmonis dengan Yahudi. Semasa berada di New York, presiden Iran tersebut terlihat dengan antusias menyambut kedatangan sejumlah Rabbi Yahudi AS. (Visit Video) (dn/rfo/yn/gcu) Dikutip oleh www.suaramedia.com

Sumber:

http://www.suaramedia.com/berita-dunia/timur-tengah/7874-tanpa-disadari-iran-berada-di-bawah-naungan-presiden-yahudi.html