Sabtu, 05 November 2011

Berisyarat Dengan Jari Telunjuk Setiap Posisi Duduk Dalam Sholat (Termasuk Semua Duduk Di antara Dua Sujud)

Beribadah Harus Berdasarkan Dalil

Saya (Anwar Baru Belajar: red) karena keterbatasan dan masih sedikitnya ilmu saya, sampai sa'at ini saya belum mendapati dalil yang menerangkan bahwa apabila  dalam posisi duduk pada tasyahud awal atau akhir, mengangkat atau memberi isyarat jari telunjuk bersamaan dengan membaca kalimat :"Asyhadu alla ilaha illallah…dst, seperti yang lelah lazim dilakukan oleh sebagian besar ummat Islam ketika melaksanakan ibadah sholat.


Di dalam keterangan sebuah hadits yang shahih di bawah ini,  malah didapati keterangan bahwa , mengangkat atau memberi isyarat jari telunjuk dilakukan pada posisi di setiap duduk di dalam sholat (termasuk semua duduk di antara dua sujud).

Dalam hadits di Shahih Muslim, Kitâb al-Masâjid wa Mawâdhi’ ash-Shalât, Bâb Shifat al-Julûs… (V/81 no. 1308) disebutkan bahwa Nabi shallallahu’alaihiwasallam manakala duduk berdoa saat shalat, beliau mengacungkan jari telunjuknya. Berikut redaksi lengkap hadits tersebut:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ: “كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَعَدَ يَدْعُو وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى، وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ وَوَضَعَ إِبْهَامَهُ عَلَى إِصْبَعِهِ الْوُسْطَى وَيُلْقِمُ كَفَّهُ الْيُسْرَى رُكْبَتَهُ”.


Abdullah bin az-Zubair radhiyallahu’anhuma bertutur, “Tatkala Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam duduk berdoa, beliau meletakkan tangan kanannya di atas paha kanannya dan tangan kirinya di atas paha kirinya, serta mengacungkan jari telunjuknya sembari menggandengkan antara jempol dengan jari tengahnya, dan mencengkeramkan telapak tangan kirinya ke lututnya”.

Keterangan : Duduk berdo'a artinya ketika posisi duduk dan di dalamnya ada pengucapan do'a  (misal : membaca robbygfirly..dst) termasuk membaca tasyahud.

Isyarat Dalam Berdo'a

Rasulullah berdo'a selain mengangkat kedua tangan, beliau juga terkadang menggunakan isyarat dengan jari telunjukknya. Seperti halnya di dalam sholat beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk beliau. Begitu juga ketika beliau menjadi khatib dalam sholat jum'at, ketika berdo'a di khutbah kedua beliau tidak mengangkat kedua tangannya tetapi hanya memberi isyarat dengan jari telunjuk.

Hadits di bawah ini ( silahkan dilihat pada tulisan yang berwarna ); menunjukkan bahwa beliau dalam posisi duduk pada setiap duduk dan sangat jelas duduk beliau adalah duduk di antara dua sujud bukan duduk tasyahud, karena dilanjutkan dengan bersujud. Setiap membaca do'a waktu duduk beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk, kemudian beliau sujud kembali.

 ثُمَّ أَشَارَ بِسَبَّابَتِهِ وَوَضَعَ الْإِبْهَامَ عَلَى الْوُسْطَى وَقَبَضَ سَائِرَ أَصَابِعِهِ ثُمَّ سَجَدَ فَكَانَتْ يَدَاهُ حِذَاءَ أُذُنَيْهِ

Kalimat " kemudian beliau memberi isyarat dengan telunjuknya dan meletakkan jempol pada jari tengahnya, dan beliau genggam seluruh jarinya, kemudian sujud dan kedua tangannya sejajar kedua telinganya.

Menunjukkan bahwa beliau duduk bukan pada posisi duduk tasyahud awal dan tasyahud akhir. Karena setelah membaca tasyahud beliau tidak langsung berdiri (kalau tasyahud awal) atau tidak mengucapkan salam (kalau tasyahud akhir). Maka dari keterangan hadits tersebut dapat dipahami bahwa mengangkat jati telunjuk atau berisyarat dalam sholat dilakukan pada setiap posisi duduk dalam sholat karena ia merupakan sebuah do'a. 

Allahu a'lam.

Anwar Baru Belajar.
Tepian Mahakam, 06 Nopember 2011, bertepatan dengan waktu wukuf di Arofah

Redaksi hadits selengkapnya:


مسند أحمد ١٨١٠٣: 

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَاصِمِ بْنِ كُلَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَبَّرَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ كَبَّرَ يَعْنِي اسْتَفْتَحَ الصَّلَاةَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ رَكَعَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ وَسَجَدَ فَوَضَعَ يَدَيْهِ حَذْوَ أُذُنَيْهِ ثُمَّ جَلَسَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَوَضَعَ ذِرَاعَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ أَشَارَ بِسَبَّابَتِهِ وَوَضَعَ الْإِبْهَامَ عَلَى الْوُسْطَى وَقَبَضَ سَائِرَ أَصَابِعِهِ ثُمَّ سَجَدَ فَكَانَتْ يَدَاهُ حِذَاءَ أُذُنَيْهِ

Musnad Ahmad 18103: 

Telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq Telah mengabarkan kepada kami Sofyan dari 'Ashim bin Kulaib dari Ayahnya dari Wail bin Hujr mengatakan, Kulihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertakbir, beliau angkat kedua tangannya ketika bertakbir, maksudnya ketika mengawalmulai shalat, beliau angkat kedua tangannya ketika bertakbir, beliau angkat kedua tangannya ketika ruku', beliau angkat kedua tangannya ketika mengucapkan sami'allahu liman hamidah dan sujud, lantas beliau letakkan kedua tangannya sejajar kedua telinganya, kemudian beliau duduk dan menyilangkan kaki kirinya, kemudian beliau letakkan tangan kirinya diatas lutut kirinya, dan beliau letakkan hasta kanannya diatas paha kanannya, kemudian beliau memberi isyarat dengan telunjuknya dan meletakkan jempol pada jari tengahnya, dan beliau genggam seluruh jarinyakemudian sujud dan kedua tangannya sejajar kedua telinganya. (Hadits Shahih)

Para perawi;

  1. Wa'il bin Hajar bin Sa'ad : Seorang tabi'in kalangan pertengahan, nama kunyah Abu Hunaidar hidup di Kufah. Komentar para ulama : beliau termasuk sahabat.
  2. Kulaib bin Syihab bin Al Majnun : Tabi'in kalangan tua, hidup di Kufah. Komentar para ulama; Abu Zur'an : tsiqah. Ibnu Hibban : disebutkan dalam ats Tsiqah. Ibnu Hajar al Asqalani : Tsiqah, ada yang menyebutkan dia seorang sahabat. Az Zahabi : mentsiqahkannya.
  3. Ashim bin Kulaib bin Syihab bin Al Majnun : Tabi'in kalangan biasa, tinggal di Kufah, wafat 173 H. Komentar para ulama : Imam Ahmad : La ba'sa bih. Yahya bin Ma'in : tsiqah. An Nasa'i : taiqah.  Abu Hatim : shalih. Ibnu Hibban : disebutkan dalam at tsiqah. Ibnu Hajar Al Asqalani : tsaduq.
  4. Syufyan bin Sa'id bin Masruq : Tabiut tabiin kalangan tua, kunyah Abu Abdullah tinggal di Kufah, wafat 161 H. Komentar ulama : Malik bin Anaz : Tsiqah. Yahya bin Ma'in : tsiqah. Ibnu Hibban : termasuk dari para huffad mutqin.  Ibnu Hajar Al Asqalani : Tsiqah haffid faqih, imam, hujjah, abid. Az Zahabi : Imam.
  5. Abdur Razzah bin Hammam bin Nafi' : Tabiut tabiin kalangan biasa, kunyah Abu Bakar, hidup di Yaman, wafat 211 H. Komentar para ulama : Abu Dawud : tsiqah. Al 'Ajli : tsiqah. An Nasa'i :tsabat. Ya'qub bin Syaibah : tsiqat tsabat. Ibnu Hibban : tsiqah. Ibnu 'Ady : la ba'sa bih. Ibnu Hajar Al Asqalani : tsiqoh hafidz. Az Zahabi : seorang tokoh. (Sumber : Lidwa)


Hadits yang senada :

Mushannaf Abd ar-Razzâq, Bâb Takbîrah al-Iftitâh wa Raf’i al-Yadain (II/68 no. 2522), bunyinya:


عن وائل بن حجر قال: “رمقت النبي صلى الله عليه وسلم … ثم جلس فافترش رجله اليسرى، ثم وضع يده اليسرى على ركبته اليسرى، وذراعه اليمنى على فخذه اليمنى، ثم أشار بسبابته، ووضع الابهام على الوسطى حلق بها، وقبض سائر أصابعه، ثم سجد

Wa’il bin Hujur radhiyallahu’anhu bertutur, “Aku memperhatikan Nabi shallallahu’alaihiwasallam (tatkala shalat) … Beliau duduk dan menjulurkan kaki kirinya, sembari meletakkan tangan kirinya di atas lutut kirinya, dan lengan kanannya di atas paha kanannya, lalu mengacungkan jarinya dan membuat lingkaran dengan mempertemukan ibu jarinya dengan jari tengah, kemudian beliau sujud 


Catatan : Sebagian ulama mengatakan hadits ini hadits Syâdz. Allahu a'lam.