Rabu, 09 Maret 2011

Seorang Budak Wanita Saja Mengerti Bahwa Allah Berada Di Atas Langit

Malik bin Anas memberitakan kepada saya dari Hilal bin Usamah dari 'Atha bin Yasar dari 'Umar bin al Hakam, katanya :

"Saya datang kepada Rasulullah bersama seorang budak wanita dan saya bertanya kepada beliau : "Wahai Rasulullah, saya telah mengambil sumpah untuk membebaskan seorang budak. Dapatkah saya membebaskannya ? Di mana Tuhan ? tanya Rasulullah kepada budak tadi. Di langit jawabnya. Dan siapa saya tanya beliau ? Engkau Rasulullah, jawab wanita itu. Kamu dapat membebaskannya, kata Rasulullah. [Al Muwaththa Imam Malik, Jilid 2, hal 776-777. Dikutib dari terjemahan buku "Ar Risalah" oleh Imam Syafi'i, Penerbit Pustaka Firdaus, Kata Pengantar Nurcholish Madjid, halaman. 86. Nama perawi 'Umar bin al Hakam hendaknya dibaca Mu'awiyah bin al Hakam. Sebab Malik, saya yakin, tidak dengan sebenarnya meriwayatkan nama itu, seperti yang lain-lain]




Hadits Selengkapnya;

حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ هِلَالِ بْنِ أُسَامَةَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْحَكَمِ أَنَّهُ قَالَ أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ جَارِيَةً لِي كَانَتْ تَرْعَى غَنَمًا لِي فَجِئْتُهَا وَقَدْ فُقِدَتْ شَاةٌ مِنْ الْغَنَمِ فَسَأَلْتُهَا عَنْهَا فَقَالَتْ أَكَلَهَا الذِّئْبُ فَأَسِفْتُ عَلَيْهَا وَكُنْتُ مِنْ بَنِي آدَمَ فَلَطَمْتُ وَجْهَهَا وَعَلَيَّ رَقَبَةٌ أَفَأُعْتِقُهَا فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيْنَ اللَّهُ فَقَالَتْ فِي السَّمَاءِ فَقَالَ مَنْ أَنَا فَقَالَتْ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْتِقْهَا

Telah menceritakan kepadaku Malik dari Hilal bin Usamah dari 'Atha bin Yasar dari Umar bin Al Hakam ia berkata; "Saya menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, budak perempuanku mengembala kambing milikku. Saat saya mendatanginya, ternyata kambingku telah hilang satu ekor. Saat aku tanyakan kepadanya, ia menjawab, "Kambing itu telah dimakan serigala." Aku merasa menyesal dengan kejadian tersebut, dan aku hanyalah manusia biasa, maka aku pun menampar wajahnya. Aku memiliki seorang budak, maka apakah aku harus memerdekakannya?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lantas bertanya kepada budak tersebut: "Di mana Allah?" dia menjawab; "Di langit"." Beliau bertanya lagi: "Siapakah aku?" dia menjawab; "Engkau Rasulullah, " lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bebaskanlah dia! " [HR. Imam Malik]


قَالَ وَكَانَتْ لِي جَارِيَةٌ تَرْعَى غَنَمًا لِي فِي قِبَلِ أُحُدٍ وَالْجَوَّانِيَّةِ فَاطَّلَعْتُهَا ذَاتَ يَوْمٍ فَإِذَا الذِّئْبُ قَدْ ذَهَبَ بِشَاةٍ مِنْ غَنَمِهَا وَأَنَا رَجُلٌ مِنْ بَنِي آدَمَ آسَفُ كَمَا يَأْسَفُونَ لَكِنِّي صَكَكْتُهَا صَكَّةً فَأَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَظَّمَ ذَلِكَ عَلَيَّ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُعْتِقُهَا قَالَ ائْتِنِي بِهَا فَأَتَيْتُهُ بِهَا فَقَالَ لَهَا أَيْنَ اللَّهُ فَقَالَتْ فِي السَّمَاءِ قَالَ مَنْ أَنَا قَالَتْ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ قَالَ أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ وَقَالَ مَرَّةً هِيَ مُؤْمِنَةٌ فَأَعْتِقْهَا


Masih melalui jalur periwayatan yang sama seperti hadits sebelumnya dari Mu'awiyah; berkata perawi; Aku dulu memiliki seorang budak wanita yang menggembala kambing disisi gunung Uhud dan Jawaniyah, aku melihatnya dari atas pada suatu hari ternyata serigala memakan salah satu kambingnya dan aku adalah seorang dari Bani Adam, aku menyesal seperti mereka tapi aku aku memukulnya dengan keras kemudian aku mendatangi nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau membesarkan hal itu padaku, aku berkata: Wahai Rasulullah, perkenanankan aku memerdekakannya. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bawa dia kemari." Aku membawanya lalu beliau bersabda kepadanya: Dimana Allah? Budak wanita itu menjawab: Di langit. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapa aku?" ia menjawab: Engkau utusan Allah. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Merdekakan, ia mu`minah." Ia (Mu'awiah) pernah berkata dalam riwayatnya: "Ia mu`minah, merdekakan." [HR. Imam Ahmad]


حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ الْحَجَّاجِ الصَّوَّافِ حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ هِلَالِ بْنِ أَبِي مَيْمُونَةَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِيِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ جَارِيَةٌ لِي صَكَكْتُهَا صَكَّةً فَعَظَّمَ ذَلِكَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ أَفَلَا أُعْتِقُهَا قَالَ ائْتِنِي بِهَا قَالَ فَجِئْتُ بِهَا قَالَ أَيْنَ اللَّهُ قَالَتْ فِي السَّمَاءِ قَالَ مَنْ أَنَا قَالَتْ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ قَالَ أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ الشَّرِيدِ أَنَّ أُمَّهُ أَوْصَتْهُ أَنْ يَعْتِقَ عَنْهَا رَقَبَةً مُؤْمِنَةً فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي أَوْصَتْ أَنْ أُعْتِقَ عَنْهَا رَقَبَةً مُؤْمِنَةً وَعِنْدِي جَارِيَةٌ سَوْدَاءُ نُوبِيَّةٌ فَذَكَرَ نَحْوَهُ قَالَ أَبُو دَاوُد خَالِدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَرْسَلَهُ لَمْ يَذْكُرْ الشَّرِيدَ


Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari Al Hajjaj Ash Shawwaf telah menceritakan kepadaku Yahya bin Abu Katsir, dari Hilal bin Abu Maimunah dari 'Atha` bin Yasar dari Mu'awiyah bin Al Hakam As Sulami, ia berkata; aku katakan; wahai Rasulullah, terdapat seorang budak wanita yang telah aku pukul dengan keras. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menganggap hal tersebut sesuatu yang besar terhadap diriku, lalu aku katakan; tidakkah saya memerdekakannya? Beliau berkata: "Bawa dia kepadaku!" Kemudian aku membawanya kepada beliau. Beliau bertanya: "Dimanakah Allah?" Budak wanita tersebut berkata; Di langit. Beliau berkata: "Siapakah aku?" Budak tersebut berkata; engkau adalah Rasulullah."Beliau berkata; bebaskan dia! Sesungguhnya ia adalah seorang wanita mukmin." Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il, telah menceritakan kepada kami Hammad dari Muhammad bin 'Amr dari Abu Salamah dari Asy Syarid bahwa ibunya telah berwasiat kepadanya agar membebaskan untuknya seorang budak wanita mukmin. Kemudian ia datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata; wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah berwasiat agar saya membebaskan untuknya seorang budak wanita mukmin, dan saya memiliki seorang budak wanita hitam dari Nubiyah… kemudian ia menyebutkan hadits seperti itu. Abu Daud berkata; Khalid bin Abdullah telah memursalkannya dan ia tidak menyebutkan Asy Syarid. [HR. Abu Dawud]

Allah berfirman :

(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas 'Arsy. [QS Thaha : 5]

Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'arsy. Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? [QS. As Sajadah : 4]

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. [QS. Al Hadid : 4]

Sungguh banyak sekali ayat, hadits, serta ucapan ulama salaf yang menegaskan tentang ketinggian Allah.

1. Allah berfirman,

إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ

“Kepada-Nyalah perkataan-perkataan yang baik naik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya.” [QS. Al-Faathir: 10]

2. Allah berfirman,

ذِى الْمَعَارِجِ تَعْرُجُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ

“Yang mempunyai tempat-tempat naik. malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada-Nya.” [QS. Al-Ma’aarij: 3-4]

3. Allah berfirman,

سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى

“Sucikanlah Nama Rabb-mu Yang Maha Tinggi.” [QS. Al-A’la: 1]

4. Di dalam Kitab At-Tauhid, Imam Al-Bukhari menukil dari Abu ‘Aaliyah dan Mujahid tentang tafsir istawa, yaitu ‘ala wartafa’a (berada di atas, tinggi).

5. Allah berfirman,

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

“(Allah) Yang Maha Pemurah, ber-istiwa di atas ‘Arsy.” [QS. Thaaha: 5]

Maksudnya, tinggi sebagaimana yang diterangkan di dalam Tafsir Ath-Thabari.

6. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah pada hari Arafah, saat haji wada’, dan bersabda,

أَلاَ هَل بَلِغْتُ؟ قَالُوْا نَعَمْ، يَرْفَعُ أَصْبَعَهُ إِلىَ السَّمَاءِ وَيُنَكِّبُهَا إِلَيْهِمْ وَيَقَوُلُ: “اَللَّهُمَّ اشْهَدْ.”

“Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikan?” Mereka menjawab, “Ya, benar”. Lalu beliau mengangkat (menunjuk) dengan jari-jarinya ke atas, selanjutnya beliau mengarahkan jari-jarinya ke arah manusia (para sahabat) seraya bersabda, “Ya Allah, saksikanlah.” [HR. Muslim]

7. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ اللهَ كَتَبَ كِتَابًا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ الْخَلْقَ إِنَّ رَحْمَتِيْ سَبَقَتْ غَضَبِيْ فَهُوَ مَكْتُوْبٌ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ

“Sesungguhnya Allah telah menulis suatu kitab (tulisan) sebelum Ia mencipatakan para makhluk (berupa), sesungguhnya rahmat-Ku men-dahului murka-Ku, tertulis di sisi-Nya di atas ‘Arsy.” [HR. Al-Bukhari]

8. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَلاَّ تَأْمَنُوْنِيْ وَأَنَا أَمِيْنُ مَنْ فِي السَّمَاءِ؟ يَأْتِيْنِي خَبَرُ السَّمَاءِ صَبَاحًا وَمَسَاءَ

“Apakah engkau tidak percaya kepadaku, padahal aku adalah kepercayaan Dzat yang ada di langit? Setiap pagi dan sore hari datang kepadaku kabar dari langit.” [Muttafaqun ‘Alaih]

9. Al-Auza’i berkata, “Kami bersama para tabi’in berpendapat, ‘Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia sebutan-Nya berada di atas ‘Arsy, dan kami beriman pada sifat-sifat-Nya sebagaimana yang warid (datang) dalam sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam’.” [HR. Al-Baihaqi dengan sanad sahih] Lihat Fathul Bari.

10. Imam Asy-Syafi’i berkata, “Sesungguhnya Allah berada di atas ‘Arsy-Nya, di atas langit. Ia mendekati makhluk-Nya sekehendak-Nya dan Allah turun ke langit dunia dengan sekehendak-Nya.” [Dikeluarkan oleh Al-Hakawi di dalam kitab Aqidah Asy-Syafi’i].

11. Imam Abu Hanifah berkata, “Barangsiapa mengatakan, ‘Aku tidak mengetahui apakah Rabbku berada di langit atau dibumi?’ maka dia telah kafir.” Sebab Allah berfirman,

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

“(Yaitu) Rabb Yang Maha Pemurah, Yang tinggi di atas Arsy.” [QS. Thaha: 5]

‘Arsy Allah berada di atas tujuh langit. Jika seseorang berkata bahwasanya Allah berada di atas ‘Arsy, tetapi ia berkata, “Aku tidak tahu apakah ‘Arsy itu berada di atas langit atau di bumi?” Maka dia telah kafir. Sebab dia mengingkari bahwa ‘Arsy berada di atas langit. Barangsiapa mengingkari bahwa ‘Arsy berada di atas langit, maka dia telah kafir, karena sesungguhnya Allah adalah paling tinggi di atas segala sesuatu yang tinggi. Dia dimohon dari tempat yang tertinggi, bukan dari tempat yang paling bawah. [Lihat Syarah Aqidah Thahawiyah, Halaman. 223]

12. Imam Malik ditanya tentang cara istiwa’ (tingginya Allah) di atas ‘Arsy-Nya, ia lalu menjawab, “Istiwa’ itu perkara yang telah diketahui, sedang cara (penggambarannya bagaimana cara Allah ber istawa') tidak diketahui oleh akal, beriman dengannya adalah wajib, dan pertanyaan tentangnya adalah bid’ah (maksudnya, tentang penggambarannya). Usirlah tukang bid’ah ini.”

13. Tidak boleh menafsirkan istiwa’ (bersemayam di atas) dengan istawla (menguasai), karena keterangan seperti itu tidak didapatkan dalam riwayat orang-orang salaf. Metode orang-orang salaf adalah lebih selamat, lebih ilmiah dan lebih bijaksana.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata, “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang Yahudi agar mengatakan hiththatun (bebaskanlah kami dari dosa), tetapi mereka mengatakan hinthatun (biji gandum) dengan niat membelokkan dan menyelewengkannya.

Dan Allah memberitakan kepada kita bahwa Dia ‘Alal ‘Arsy istawa (tinggi di atas ‘Arsy), tetapi para tukang takwil mengatakan istawlaa (menguasai).

Perhatikanlah, betapa persis penambahan “lam” yang mereka lakukan istawaa menjadi istawlaa dengan penambahan ‘nun’ yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi “hiththatun” menjadi “hinthatun”. (Nukilan Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi dari Ibnu Qayyim Al-Jauziyah).

Penting :

Jangan tanyakan atau menggambarkan dengan akal kita bagaimana caranya [kaifiyatnya] Allah bersemayam di atas 'Arsy-Nya ?. Kita hanya memahami sesuai dengan dzahir ayat tersebut sebagai manifestasi iman kepada Allah, iman kepada apa yang disifatkan oleh-Nya untuk diri-Nya, atau oleh Rasul-Nya, tanpa tahrif (merubah, mengganti), tahthil (meniadakan), takyif (bertanya, bagaimana/kaifa ?) atau tamtsil (tasybih, menyerupakan)

Nabi bersabda:

تَفَكَّرُوْا فِيْ أَلاَءِ اللهِ وَلاَ تَفَكَّرُوْا فِيْ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Berpikirlah pada makhluk-makhluk Allah dan jangan berpikir pada Dzat Allah.” (HR. Ath-Thabrani, Al-Lalikai dan Al-Baihaqi dari Ibnu ‘Umar, lihat Ash-Shahihah no. 1788 dan Asy-Syaikh Al-Albani menghasankannya)

Ketahuilah ! Semoga Allah merahmatimu. Bahwa sesungguhnya berbicara tentang Allah adalah perkara muhdats (yang diada-adakan). Dan itu adalah bid'ah lagi sesat. Tidak boleh berbicara tentang Allah kecuali dengan apa yang telah Allah sifatkan kepada diri-Nya di dalam Al Qur'an dan apa yang diterangkan oleh Rasulullah kepada para shahabatnya. Allah berfirman;

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat". (QS Asy Syura : 11)

Allah Maha Permulaan tanpa waktu dan Maha Akhir tanpa batas. Dan Dia mengetahui perkara yang rahasia dan tersembunyi. Dia bersemayam di atas 'Arsy-Nya. Ilmu-Nya meliputi semua tempat, tidak ada suatu tempatpun yang luput dari ilmu-Nya.

Tidak boleh mengatakan kepada sifat-sifat Allah; Bagaimana ? dan Mengapa demikian ? Kecuali orang-orang yang ragu tentang Allah Ta'ala. [Imam Al Barbahari dalam Syarhus Sunnah]

_______________________________________

Sumber:

* منهاج الفرقة الناجية والطائفة المنصورة

Karya Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, edisi Indonesia: Manhâj Al-Firqah Nâjiyah (Jalan Golongan yang Selamat dan Kelompok yang Ditolong)

* "Ar Risalah" oleh Imam Syafi'i, Penerbit Pustaka Firdaus, Kata Pengantar Nurcholish Madjid, halaman. 86.

Sahabatmu: Anwar Baru Belajar